Bayangkan Anda duduk di sebuah ruangan, lalu perlahan suasana berubah. Suara mulai samar, memori terasa kabur, dan aktivitas sederhana pun mendadak membingungkan. Begitulah kira-kira gambaran yang dialami oleh orang dengan demensia—sebuah kondisi yang kini semakin banyak dihadapi masyarakat seiring bertambahnya usia harapan hidup.
Untuk menjawab tantangan ini, tim peneliti lintas universitas, termasuk dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI), tengah mengembangkan sebuah game edukasi berbasis Virtual Reality (VR) khusus tentang demensia. Program inovatif ini bukan sekadar permainan, melainkan sarana belajar interaktif yang memungkinkan mahasiswa keperawatan, tenaga kesehatan, bahkan masyarakat umum merasakan langsung pengalaman yang dialami penyintas demensia.
“Dengan VR, kita bisa lebih berempati. Mahasiswa tidak hanya membaca teori, tapi bisa merasakan bagaimana sulitnya orang dengan demensia menghadapi keseharian,” jelas Dr. Etty Rekawati, S.Kp., M.K.M, peneliti dari FIK UI.
Penelitian ini merupakan bagian dari skema Riset Kolaborasi Indonesia (RKI) yang melibatkan beberapa universitas ternama di Indonesia yaitu Universitas Indonesia (UI), Universitas Airlangga (UNAIR), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), dan Universitas Negeri Malang (UM). Kegiatan ini dilakukan di bawah Cluster Riset Active Aging and Lifelong Wellness FIK UI, yang berfokus pada upaya menjaga kesehatan, kemandirian, serta kualitas hidup masyarakat di usia lanjut.
Teknologi VR dipilih karena mampu menghadirkan simulasi imersif—dari kondisi lingkungan hingga interaksi sosial—yang membantu pengguna lebih memahami tantangan nyata demensia. Isu ini sangat relevan dengan masyarakat Indonesia. Data menunjukkan, jumlah lansia terus meningkat, dan risiko demensia ikut bertambah. Banyak keluarga bingung menghadapi orang tua yang mulai sering lupa, mudah tersesat, atau menunjukkan perubahan perilaku.
Melalui edukasi berbasis VR, diharapkan lahir tenaga kesehatan yang lebih siap, masyarakat yang lebih peduli, serta lingkungan yang lebih “ramah demensia.” Selain memberi manfaat akademis, program ini juga menyentuh sisi kemanusiaan. Mahasiswa yang mengikuti simulasi akan lebih mudah berempati, sementara keluarga pasien bisa mendapat pemahaman praktis untuk mendukung perawatan di rumah.
Pada akhirnya, riset ini bukan hanya soal teknologi, melainkan soal menjaga martabat dan kualitas hidup lansia yang rentan.
Gedung A Lantai 2, Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK), Kampus UI Depok,
Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Kampus UI Depok, Pondok Cina, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16424, Indonesia.
Jl. Prof. DR. Sudjono D. Pusponegoro, Kampus UI Depok, Pondok Cina, Kecamatan Beji, Kota Depok,
Jawa Barat 16424, Indonesia.