UI Hadirkan Program GRACE di Kampung Lio: Cegah Demensia, Bikin Lansia Lebih Kreatif dan Bahagia

Diposting di:

10 September 2025

Lansia adalah pilar keluarga sekaligus sumber kebijaksanaan yang tak ternilai. Namun, penurunan fungsi kognitif seperti demensia kerap menjadi momok bagi banyak keluarga karena memengaruhi kualitas hidup lansia dan orang-orang di sekitarnya. Menyadari pentingnya pencegahan dan pendampingan sejak dini, mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan bersama Program Studi Terapi Okupasi Fakultas Vokasi Universitas Indonesia (UI) menginisiasi Program GRACE (Golden Age Creativity and Empowerment) di Kampung Lio RW 19, Depok. Program ini didanai penuh oleh Direktorat Pengabdian dan Inovasi Sosial (DPIS) Universitas Indonesia.

Program ini dirancang untuk meningkatkan kualitas hidup lansia melalui berbagai kegiatan kreatif dan edukatif seperti art therapy melukis dengan kopi, permainan susun kata, terapi reminiscence, hingga senam vitalitas otak. Seluruh rangkaian kegiatan bertujuan menjaga daya ingat, memperkuat interaksi sosial, dan menciptakan suasana yang menyenangkan bagi lansia.

“Kami ingin lansia tetap merasa produktif, dihargai, dan memiliki ruang untuk berekspresi. Kesehatan kognitif mereka adalah kunci kualitas hidup yang lebih baik,” ujar Rifty Octapiani Fauziah, salah satu penggagas GRACE.

Dalam pertemuan perdana, peserta dikenalkan pada gejala awal demensia yang kerap tidak disadari keluarga, seperti sering lupa menaruh barang, kesulitan menemukan kata saat berbicara, bingung terhadap waktu atau tempat, hingga perubahan perilaku seperti mudah marah atau menarik diri dari lingkungan sosial. Peserta juga diajak memahami faktor risiko demensia, mulai dari tekanan darah tinggi, diabetes, kurang aktivitas fisik, kebiasaan merokok, hingga kurangnya stimulasi otak. Materi ini disampaikan oleh Rifty Octapiani Fauziah bersama alumnus sekaligus praktisi keperawatan lansia, Ns. Arnindya Kanti Prasasti, M.Kep., Sp.Kep.K.

Sebagai langkah pencegahan, masyarakat didorong untuk rutin berinteraksi sosial, menjaga pola makan sehat, berolahraga, melatih otak dengan permainan sederhana, dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.

Selain edukasi, 20 kader kesehatan RW 19 dilatih melakukan Skrining Kesehatan Lansia (SKILAS) agar mampu mendeteksi risiko gangguan kognitif dan penyakit degeneratif langsung di lingkungan mereka. Setelah pelatihan, para kader mendampingi lansia satu per satu, membantu menjawab pertanyaan tes memori dan menilai aktivitas harian mereka.

Hasil skrining menunjukkan dua lansia memiliki tanda awal penurunan kognitif. Temuan ini disambut positif, karena keluarga kini bisa mengambil langkah pencegahan lebih cepat. “Deteksi dini penting agar lansia mendapat perhatian sebelum kondisinya semakin berat,” jelas Rifty. Pendekatan ini membuat lansia merasa diperhatikan dan memberi keyakinan bagi keluarga bahwa mereka tidak sendiri dalam menjaga kesehatan orang yang dicintai.

Bagi para lansia, kegiatan ini bukan hanya soal kesehatan, tetapi juga rasa memiliki. “Saya senang ada kegiatan seperti ini. Tidak hanya menambah ilmu, tapi juga membuat kami lebih semangat,” kata salah satu lansia sambil tersenyum.

GRACE akan terus berlanjut dengan berbagai aktivitas kreatif dan edukatif yang melibatkan kader dan keluarga. Harapannya, masyarakat tidak lagi melihat penuaan sebagai beban, tetapi sebagai fase hidup yang bisa dijalani dengan bahagia dan bermakna.

Untuk mengikuti kegiatan GRACE, masyarakat dapat melihat informasi terbaru melalui Instagram @grace_care.ui, YouTube Grace_careUI, dan TikTok @grace_care.ui.

Bagikan artikel ini:

id_ID