Setiap 3 detik, ada satu orang di dunia yang mengalami demensia. Pernyataan dari WHO ini menjadi alarm nyata, apalagi di Depok yang angka harapan hidupnya lebih tinggi dibanding rata-rata nasional. Semakin banyak lansia yang hidup lebih lama, semakin besar pula tantangan kesehatan yang mereka hadapi.
Demensia bukan satu-satunya masalah. Kesepian membuat kesehatan mental lansia rapuh, sementara kerentanan—khususnya pada perempuan lansia—meningkatkan risiko mereka mengalami kekerasan, baik fisik, psikis, maupun ekonomi. Fenomena ini semakin terasa di tengah masyarakat kita.
Untuk itulah Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) meluncurkan program TULUS (Temani Usia Lanjut untuk Sehat). Program ini hadir bukan sekadar penyuluhan medis, tetapi gerakan yang mengajak kader posbindu, keluarga, dan masyarakat untuk bersama-sama peduli pada lansia.
Pada 3 Agustus 2025, TULUS menggelar workshop bagi kader posbindu Dahlia di Bella Casa Residence. Mereka dibekali empat modul penting: pencegahan demensia, komunikasi dengan lansia, pola hidup sehat, serta kesehatan reproduksi.
Kader juga dilatih menggunakan Mini-Mental State Examination (MMSE) untuk mendeteksi dini tanda-tanda penurunan kognitif. “Demensia bisa dicegah atau diperlambat, salah satunya dengan mengenali tanda-tandanya sejak dini dan menjaga interaksi sosial lansia tetap aktif,” jelas Dr. Yossie Susanti Eka Putri, S.Kp., M.N., Ph.D., dosen FIK UI.
Pelatihan ini menekankan bahwa peran kader bukan hanya soal pemeriksaan kesehatan, melainkan juga menghadirkan interaksi sederhana—seperti menyapa, mengajak berbincang, atau sekadar menemani mengisi teka-teki silang—yang bisa menjaga otak dan hati lansia tetap hidup.
Dalam sesi lain, Sri Yona, S.Kp., M.N., Ph.D. menyoroti kesepian lansia yang kerap dianggap remeh. Isolasi sosial dapat memicu stres, menurunkan daya ingat, hingga mengganggu kesehatan fisik.
Para kader diberi strategi praktis: kunjungan rutin, melibatkan lansia dalam komunitas arisan, pengajian, atau kelompok senam, hingga sekadar menelpon untuk menanyakan kabar. Langkah kecil yang membuat lansia merasa dihargai dan tidak ditinggalkan.
Topik lain yang tak kalah penting adalah kesehatan reproduksi dan perlindungan lansia perempuan. Prof. Dr. Yati Afiyanti, S.Kp., M.N. dan Dr. Rita Ismail, S.Kp., M.K.M., MTD (HE), Ph.D. mengingatkan bahwa perempuan lansia tetap berhak hidup sehat secara reproduktif dan bebas dari kekerasan.
Banyak dari mereka menghadapi perubahan pascamenopause—mulai dari keluhan fisik hingga kecemasan—namun memilih diam. Lebih ironis, kekerasan terhadap lansia sering tidak dilaporkan karena pelakunya berasal dari lingkungan terdekat. “Kader bisa menjadi garda depan pencegahan kekerasan terhadap lansia. Mulailah dengan edukasi, bangun kepercayaan, dan libatkan tokoh masyarakat,” tegas Prof. Yati.
Tahap kedua program, pada 9 Agustus 2025, melibatkan 35 warga lansia dan pra-lansia. Mereka memulai pagi dengan senam bersama, mengikuti simulasi senam otak, lalu menjalani pemeriksaan kesehatan gratis: tekanan darah, kadar gula, kolesterol, asam urat, hingga skrining demensia.
Uniknya, kegiatan ini berlangsung beriringan dengan posyandu balita. Suasana menjadi hangat: anak-anak dan kakek-nenek saling menyapa, menghadirkan interaksi lintas generasi yang jarang ditemui dalam ruang publik.
“Antusiasme peserta luar biasa. Banyak yang bertanya dan berbagi pengalaman. Kami berharap kegiatan ini membantu lansia lebih peduli pada kesehatannya dan keluarga lebih siap memberikan dukungan,” kata Rahmat Hidayat, Ketua RW 08 Bella Casa.
Kegiatan TULUS ini, selain diketuai oleh Sri Yona, S.Kp., M.N., Ph.D., juga didukung oleh tim dosen FIK UI: Prof. Dra. Elly Nurachmah, M.App.Sc., DNSc; Prof. Dr. Yati Afiyanti, S.Kp., M.N.; Dr. Ns. Dikha Ayu Kurnia, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.MB; Yossie Susanti Eka Putri, S.Kp., M.N., Ph.D.; Ns. Anggri Noorana Zahra, S.Kep., M.Sc; Ns. Chiyar Edison, S.Kep., M.Sc. Turut serta pula Dr. Rita Ismail, S.Kp., M.K.M., MTD (HE), Ph.D. dari Universitas Veteran Jakarta.
Tidak hanya dosen, mahasiswa pascasarjana juga ambil bagian dalam kegiatan ini. Mereka adalah Asep Solahudin, Alfi Kurnia Adha, Iis Puspitasari, Ganar Rajni Fathariq, Indira Mastura Pulungan, Ceacilia Nika Candra Kusuma, Ns. Sitta Diani Fichara, serta Sudirman Efendi.
Di akhir kegiatan, peserta membawa pulang tensimeter, simbol sederhana tapi penting untuk pemantauan kesehatan mandiri. Lewat TULUS, FIK UI menegaskan bahwa menjaga lansia bukan sekadar urusan medis. Ini tentang menemani mereka agar tidak kesepian, membantu mereka tetap mengingat, dan melindungi mereka dari kerentanan. Karena sejatinya, menjadi tua adalah fase kehidupan yang layak dijalani dengan sehat, bahagia, dan bermartabat.
Gedung A Lantai 2, Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK), Kampus UI Depok,
Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Kampus UI Depok, Pondok Cina, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16424, Indonesia.
Jl. Prof. DR. Sudjono D. Pusponegoro, Kampus UI Depok, Pondok Cina, Kecamatan Beji, Kota Depok,
Jawa Barat 16424, Indonesia.