Di Indonesia kelompok anak usia sekolah berjumlah sekitar 66 juta jiwa atau mencakup 28 % dari total jumlah penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2010). Kemenkes (2014), menyatakan bahwa anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa yang akan menjadi tumpuan kualitas bangsa dalam konteks sumber daya manusia yang akan datang. Besarnya jumlah anak berusia sekolah, serta pentingnya anak usia sekolah bagi kehidupan bangsa di masa depan, menjadikan kelompok anak usia sekolah perlu perhatian besar dari berbagai aspek untuk menjamin kualitas bangsa di masa yang akan datang.
Aspek yang memerlukan perhatian pada anak usia sekolah dasar adalah mengenai kesehatan. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU Kesehatan No 39, 2009). UU No. 18 Tahun 2014 mengenai Kesehatan Jiwa, menjelaskan bahwa kesehatan jiwa merupakan kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan diri, mengatasi tekanan, produktif dan mampu memberikan kontribusi dalam lingkungan sosialnya. Kesehatan menjadi hal yang penting untuk menjamin perkembangan anak usia sekolah dalam memenuhi tugas-tugas perkembangannya.
Di seluruh dunia gangguan kesehatan jiwa setiap tahun menunjukan peningkatan, sekitar 10-20% anak dan remaja di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa (WHO, 2013). Di Indonesia sendiri sekitar 140 anak (usia 4-15 tahun) per mil, mengalami gangguan kesehatan jiwa (Riskesdas, 2013). Data tersebut memberikan gambaran bahwa jumlah anak usia sekolah yang mengalami gangguan kesehatan jiwa cukup besar, sehingga diperlukan adanya upaya pencegahan dan penanganan masalah tersebut. Upaya pencegahan dapat dilakukan melalui tiga tahapan preventif, yaitu primer, sekunder dan tersier, yang meliputi tindakan krisis, akut, pertahanan dan promosi kesehatan (Stuart, 2009).
Berdasarkan hal tersebut, Departemen Keperawatan Jiwa FIK UI menyelenggarakan Pengabdian Masyarakat tema “Saya Anak Tangguh” pada Sabtu, 12 September 2015 di SD Negeri 3 Pondok Cina Depok. Kegiatan yang dilakukan berupa penyuluhan yang diintegrasikan dengan stimulasi-stimulasi tumbuh kembang sesuai dengan tingkat perkembangan anak usia sekolah. Diharapkan melalui kegiatan ini tugas pertumbuhan dan perkembangan siswa-siswi di sekolah tersebut dapat lebih optimal. Tujuan pengmas secara spesifik adalah untuk memfasilitasi 166 siswa-siswi kelas 3, 4, dan 5 SD Negeri 3 Pondok Cina agar menjadi anak tangguh yaitu mampu menyelesaikan tugas yang diberikan, memiliki rasa tanggung jawab, dan senang bekerja sama dengan teman sebaya. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah stimulasi tumbuh kembang bagi siswa dan guru yang dilakukan dengan ceramah, diskusi, serta permainan.
Prof. Budi Anna Keliat, yang merupakan guru besar FIK UI dari Departemen Keperawatan Jiwa mengungkapkan bahwa anak sedari dini sudah harus diajarkan bagaimana melatih ketahanan mental dan kejiwaannya. “Siswa SD bisa menjadi awal pembentukan mental diri. Untuk itu, siswa haruslah dibimbing bagaimana mengembangkan ketahanan mental dan kejiwaannya. Karena di jenjang SD rawan terhadap kekerasan metal,” ujarnya.
Pengmas yang juga dilaksanakan dalam rangka Dies Natalis FIK UI ke-30 ini melibatkan seluruh staf pendidik Departemen Keperawatan Jiwa FIK UI dan dibantu beberapa mahasiswa. Kepala Sekolah SDN 3 Pondok Cina, Sukarsih, menyatakan bahwa pihaknya sangat terbantu dengan adanya kegiatan pengmas tersebut. Karena menurutnya, siswa akan semakin mengerti tentang apa yang harus dilakukan jika menjadi korban bullying.