Dari ufuk timur Indonesia, semangat pengabdian untuk negeri kembali dinyalakan. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) hadir di Kabupaten Boven Digoel, Papua Selatan, untuk memperkuat kapasitas tenaga kesehatan melalui kegiatan “Penguatan Respon Tanggap Darurat: Pelatihan Basic Trauma and Cardiac Life Support (BTCLS)”, yang berlangsung pada 27-31 Oktober 2025 di Gedung Serba Guna Rehobot.
Pelatihan ini menjadi bagian dari komitmen Universitas Indonesia (UI) dalam mendukung peningkatan keterampilan tenaga kesehatan di wilayah Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T). Melalui program ini, FIK UI tidak hanya hadir sebagai institusi akademik, tetapi juga sebagai mitra kemanusiaan yang berupaya memperkuat sistem tanggap darurat di wilayah terpencil Indonesia.
Kegiatan ini dipimpin oleh Dr. Tuti Herawati, S.Kp., M.N., bersama tim pengabdian masyarakat FIK UI yang terdiri atas Ns. Muhamad Adam, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.M.B; Ns. Andi Amalia Wildani, S.Kep., M.Kep; dan Ns. Rico Maulana Nugroho, S.Kep.,M.Kep. Didukung oleh Direktorat Pengabdian Masyarakat dan Inovasi Sosial UI, Dinas Kesehatan Kabupaten Boven Digoel, serta RS Soeradji Tirtonegoro, kegiatan ini diikuti oleh 25 perawat dari 21 puskesmas dan satu rumah sakit di wilayah Boven Digoel.
Para peserta datang dari lokasi-lokasi dengan tantangan geografis ekstrem ada yang menempuh perjalanan berjam-jam melalui jalan tanah, ada yang menunggu air pasang agar bisa berlayar dengan perahu kecil, bahkan ada yang harus menggunakan pesawat perintis untuk mencapai lokasi pelatihan. Meski penuh perjuangan, semangat mereka menjadi cerminan nyata dedikasi tenaga kesehatan Indonesia yang siap mengabdi di pelosok tanpa batas.
Suasana pembukaan pelatihan berlangsung khidmat dengan lantunan “Indonesia Raya” dan “Tanah Papua”, menggambarkan persatuan dan semangat nasionalisme yang menyatukan semua peserta dalam satu tujuan: menyelamatkan nyawa sesama.
Pelatihan berlangsung selama lima hari dengan metode komprehensif yang mencakup tiga hari teori, satu hari skill station, dan satu hari ujian praktik. Materi pelatihan meliputi Etik dan Aspek Legal Keperawatan Gawat Darurat, Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT), Bantuan Hidup Dasar (BHD), Triage Pasien, Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Trauma dan Kardiovaskuler, hingga praktik langsung Resusitasi Jantung Paru (RJP), Airway & Breathing Management, Evakuasi dan Pembidaian, serta Interpretasi EKG.
Dalam sambutannya, Murniati, S.K.M., selaku Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Boven Digoel, menyampaikan apresiasinya atas kerja sama ini.
“Kemampuan menangani kegawatdaruratan, baik trauma maupun jantung, adalah keterampilan vital yang menentukan keselamatan nyawa pasien. Melalui kerja sama ini, kita membangun SDM kesehatan yang tangguh dan memperkuat jejaring kemitraan demi pemerataan mutu pelayanan kesehatan hingga pelosok negeri,” ujar Murniati.
Sementara itu, Dr. Tuti Herawati, S.Kp., M.N., selaku Ketua Tim Pengabdian Masyarakat FIK UI, menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar pelatihan teknis, tetapi juga sebuah misi kemanusiaan.
“Kabupaten Boven Digoel menghadirkan realitas tantangan geografis dan keterbatasan akses. Di sinilah kehadiran akademisi memiliki makna. Melalui BTCLS, kami tidak hanya berbagi ilmu, tetapi juga menyalakan semangat keberdayaan bagi para perawat yang menjadi garda depan keselamatan masyarakat,” ujarnya.
Program BTCLS ini juga sejalan dengan komitmen UI dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya Tujuan 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera (Good Health and Well-being) serta Tujuan 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan (Partnerships for the Goals). Melalui kegiatan ini, FIK UI berupaya memastikan bahwa akses terhadap pelatihan dan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dapat menjangkau seluruh pelosok Indonesia, termasuk wilayah dengan keterbatasan sumber daya.
Pada penutupan kegiatan, Pak Ulos Anumbon, S.Sos, selaku Staf Ahli Bupati Bidang Pemerintahan, Hukum, dan Politik, menyampaikan pesan dalam bahasa Suku Mandobo,
“Nup bagen nggup bagenep, nggup bagenep nup bagen,” yang berarti “Saya ada karena kamu ada, kamu ada karena saya ada.”
Pesan tersebut menjadi simbol nilai kemanusiaan yang menjiwai seluruh kegiatan ini — bahwa dalam setiap pelatihan, setiap pengetahuan, dan setiap tindakan pertolongan, ada ikatan kebersamaan yang memperkuat semangat hidup antar manusia. Pelatihan BTCLS di Boven Digoel bukan hanya ajang berbagi ilmu, tetapi juga manifestasi nyata dari dedikasi dan cinta FIK UI terhadap masyarakat Indonesia. Di tanah paling timur negeri ini, ketika para peserta menyanyikan “Tanah Papua” dengan mata berkaca-kaca, semua yang hadir menyadari satu hal: bahwa setiap tindakan penyelamatan, sekecil apa pun, adalah bentuk cinta terhadap kehidupan dan terhadap Indonesia.