Menembus Dunia, Mengabdi untuk Negeri: Perjalanan Efa Apriyanti dari Depok ke Trinity College Dublin

Diposting di:

3 September 2025

Di balik ruang-ruang kuliah Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI), nama Efa Apriyanti bukanlah asing. Sebagai dosen di Departemen Keperawatan Anak, ia dikenal sebagai pengajar yang ramah, telaten, dan penuh dedikasi—baik saat membimbing mahasiswa di kelas maupun saat memberikan pelayanan kepada pasien di ruang perawatan. Kini, langkahnya telah membentang jauh, menyeberangi benua hingga ke Irlandia, demi satu tujuan: mengangkat kualitas keperawatan anak di Indonesia ke level dunia.

Sejak 1 Maret 2023, Efa resmi memulai perjalanannya sebagai mahasiswa Doctor of Philosophy in Nursing di Trinity College Dublin, universitas yang kerap berada di jajaran kampus terbaik dunia. Kesempatan emas ini ia peroleh melalui Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)—program beasiswa bergengsi dari pemerintah Indonesia yang hanya diberikan kepada putra-putri terbaik bangsa.

Perjuangan meraih beasiswa ini bukanlah jalan singkat. Efa harus melewati proses seleksi ketat, mulai dari administrasi, wawancara, hingga pembuktian kemampuan akademik dan visi kontribusinya bagi negeri. “Bagi saya, keberangkatan ke Irlandia bukan sekadar pencapaian pribadi. Saya ingin pengalaman ini menjadi jembatan untuk memperkuat kualitas pendidikan keperawatan di Indonesia, khususnya di bidang keperawatan anak,” ujarnya dengan mantap.

Selama masa studi, Efa menjalani status Tugas Belajar dibebaskan dari Tugas Jabatan, yang memberinya ruang penuh untuk fokus pada riset dan eksplorasi akademik. Lingkungan internasional di Trinity College Dublin memberinya kesempatan langka untuk berdiskusi dengan peneliti dan praktisi kesehatan dari berbagai negara, bertukar pandangan, dan melihat langsung bagaimana sistem kesehatan di negara maju mengelola layanan keperawatan anak.

“Interaksi dengan para akademisi dan praktisi di sini membuka wawasan saya tentang pendekatan inovatif dalam pelayanan keperawatan anak. Banyak hal yang sebenarnya bisa kita adaptasi di Indonesia, tentu dengan menyesuaikannya pada budaya dan kebutuhan lokal,” ungkapnya.

Meski kini berada ribuan kilometer dari rumah, Efa tak pernah lepas dari identitasnya sebagai pendidik dan pengabdi untuk negeri. Ia membawa misi besar: mengembalikan ilmu dan pengalaman yang ia peroleh untuk membangun generasi perawat anak yang lebih terampil, berwawasan global, namun tetap berpijak pada nilai-nilai kemanusiaan dan budaya Indonesia.

Perjalanannya pun menjadi sumber inspirasi bagi banyak rekan dosen dan mahasiswa di FIK UI. Kisah Efa membuktikan bahwa dengan tekad, kerja keras, dan dukungan yang tepat, mimpi menembus universitas kelas dunia bukanlah hal yang mustahil. Ia juga memberi pesan bahwa belajar bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk memberi manfaat yang lebih luas bagi masyarakat.

Di penghujung studinya nanti, yang dijadwalkan pada 28 Februari 2027, Efa bertekad pulang membawa lebih dari sekadar gelar doktor. Ia ingin kembali dengan visi baru, jaringan kolaborasi internasional, dan solusi nyata untuk meningkatkan mutu pendidikan serta pelayanan keperawatan anak di Indonesia.

“Ilmu akan menemukan maknanya ketika ia kembali ke masyarakat, menjadi bagian dari solusi, dan membantu mereka yang membutuhkan,” pungkasnya.

Bagikan artikel ini:

id_ID