Promosi Doktor

FIK UI Hadirkan Terobosan Holistik untuk Pasien Infeksi Paru Melalui Promosi Doktor Chiyar Edison Sunarya

Diposting di:

30 Juni 2025

Depok, Senin 30 Juni 2025 — Di tengah meningkatnya kompleksitas perawatan pasien infeksi paru di ruang isolasi, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) kembali membuktikan diri sebagai center of excellence dalam riset keperawatan yang berdampak langsung pada layanan kesehatan. Hari ini, FIK UI resmi meluluskan Dr. Chiyar Edison Sunarya sebagai doktor keperawatan melalui sidang promosi doktor dengan disertasi berjudul “Pengaruh Model Intervensi Keperawatan Terapeutik Berbasis Kenyamanan Holistik terhadap Luaran Holistik dan Persepsi Perilaku Caring Perawat pada Pasien Infeksi Paru di Ruang Isolasi.”

Sidang promosi ini dipimpin oleh Prof. Dr. Rr. Tutik Sri Hariyati, S.Kp., MARS selaku Ketua Sidang, dengan Prof. Agung Waluyo, S.Kp., MSc., Ph.D sebagai Promotor. Adapun Ko-Promotor adalah Sri Yona, S.Kp., MN., Ph.D dan Prof. Dr. Drs. Tris Eryando, MA. Tim penguji terdiri dari para pakar di bidang keperawatan dan kedokteran: Dr. Debie Dahlia, S.Kp., MHSM, Dr. Enie Novieastari, S.Kp., MSN, Dr. dr. Rosamarlina, Sp.P, FISR, serta Prof. Dr. Tintin Sukartini, SKp., M.Kes.

Dr. Chiyar Edison Sunarya, yang juga merupakan dosen di Departemen Keperawatan Medikal Bedah FIK UI, mengangkat isu strategis yang semakin relevan pasca pandemi: keterbatasan pendekatan holistik pada pasien infeksi paru seperti TB paru dan COVID-19 yang dirawat di ruang isolasi. Ruang isolasi, meski vital secara klinis, kerap memperburuk kondisi psikososial pasien akibat keterbatasan interaksi dan dukungan emosional. Inilah yang melandasi urgensi akan model intervensi keperawatan yang tidak hanya klinis, tetapi juga menyentuh dimensi spiritual, emosional, dan sosial pasien.

Penelitian Dr. Chiyar mengembangkan dan menguji Model Intervensi Keperawatan Terapeutik Berbasis Kenyamanan Holistik, sebuah pendekatan inovatif yang menekankan kekuatan komunikasi terapeutik, hubungan perawat-pasien, dan pemenuhan kenyamanan secara menyeluruh. Model ini diuji secara ketat melalui pendekatan kuasi eksperimen pre-post dengan kelompok kontrol, melibatkan total 72 pasien infeksi paru di tiga rumah sakit rujukan di Jakarta dan Depok.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model perawatan yang dikembangkan oleh Dr. Chiyar Edison Sunarya terbukti efektif dalam meningkatkan kualitas perawatan bagi pasien infeksi paru yang dirawat di ruang isolasi. Pasien yang menerima perawatan dengan pendekatan ini merasa lebih nyaman secara menyeluruh, termasuk secara fisik, emosional, dan lingkungan. Mereka juga merasakan peningkatan kesejahteraan spiritual, yang berarti mereka merasa lebih tenang, kuat, dan memiliki harapan selama menjalani pengobatan. Yang paling menonjol, pasien merasakan bahwa perawat menunjukkan sikap peduli yang lebih nyata dan tulus selama merawat mereka. Hasil analisis lanjutan juga memperkuat bahwa model ini benar-benar berdampak positif terhadap bagaimana pasien memandang kepedulian dan perhatian dari perawat selama di ruang isolasi.

Temuan ini menjadi bukti kuat bahwa pendekatan keperawatan yang mengintegrasikan aspek terapeutik dan kenyamanan holistik mampu menjawab tantangan multi-dimensi dalam pelayanan ruang isolasi—baik dari sisi klinis, psikologis, maupun spiritual.

“Model ini bukan hanya pendekatan baru, tapi sebuah transformasi cara pandang dalam merawat pasien infeksi paru. FIK UI bangga dapat memfasilitasi riset berdampak seperti ini yang langsung menyentuh praktik keperawatan di lapangan,” ujar Prof. Agung Waluyo, selaku Promotor.

FIK UI menegaskan bahwa hasil disertasi ini akan menjadi pijakan penting untuk mengembangkan standar pelayanan isolasi berbasis kenyamanan holistik, serta memperkaya kurikulum pendidikan keperawatan yang lebih humanis dan berbasis bukti (evidence-based practice).

Sebagai institusi pendidikan tinggi yang berkomitmen terhadap kemajuan keilmuan dan layanan kesehatan, FIK UI terus mendorong lahirnya inovasi-inovasi keperawatan yang bukan hanya menjawab tantangan klinis, tetapi juga memanusiakan pasien dalam setiap tahap proses penyembuhan.

Bagikan artikel ini:

id_ID