Pengukuhan Guru Besar

Prof. Agus Setiawan Serukan Optimalisasi Peran Perawat Komunitas untuk Wujudkan Generasi Sehat Menuju Indonesia Emas 2045

Posted in:

6 August 2025

Depok, 6 Agustus 2025 – Universitas Indonesia (UI) hari ini mengukuhkan Prof. Agus Setiawan, S.Kp., M.N., D.N., sebagai Guru Besar Fakultas Ilmu Keperawatan UI (FIK UI) dalam bidang Keperawatan Komunitas. Dalam pidato pengukuhannya yang berjudul “Optimalisasi Community Health Nursing dalam Mewujudkan Generasi Sehat Menuju Indonesia Emas 2045,” Prof. Agus Setiawan, S.Kp., M.N., D.N., atau yang akrab disapa Prof. Iwan menyoroti peran krusial perawat komunitas dalam membentuk generasi muda Indonesia yang sehat dan produktif, kunci untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045.

Prof. Iwan menekankan bahwa Indonesia akan memasuki masa bonus demografi di mana jumlah penduduk usia produktif akan jauh lebih banyak. Potensi besar ini hanya bisa dimanfaatkan secara optimal jika generasi muda kita memiliki kualitas sumber daya manusia (SDM) yang unggul, dan kesehatan adalah pondasi utamanya.

“Kesehatan anak dan remaja adalah investasi jangka panjang. Jika kita ingin Indonesia menjadi negara maju pada tahun 2045, kita harus memastikan generasi muda kita tumbuh sehat, cerdas, dan siap bersaing,” ujar Prof. Iwan.

Dalam pidatonya, Prof. Iwan memaparkan tantangan kesehatan anak dan remaja di Indonesia yang masih kompleks, mulai dari masalah gizi hingga kesehatan mental. Ia menyoroti fenomena “beban ganda malnutrisi” atau double burden of malnutrition, yaitu adanya kasus stunting (kekerdilan) dan obesitas (kegemukan) secara bersamaan.

“Meskipun angka stunting menurun, kita belum mencapai target nasional. Stunting bisa menghambat perkembangan kognitif dan meningkatkan risiko penyakit kronis di kemudian hari. Di sisi lain, obesitas pada anak dan remaja terus meningkat, membuka pintu bagi berbagai penyakit serius sejak usia muda,” jelasnya.

Selain itu, Prof. Iwan juga menyoroti isu kesehatan mental di kalangan remaja yang mengkhawatirkan, serta masalah anemia pada remaja putri yang berdampak pada stamina, konsentrasi belajar, dan kesiapan reproduksi. Tak ketinggalan, ia juga membahas peningkatan kasus perilaku seksual berisiko dan infeksi menular seksual (IMS) pada remaja.

Menurut Prof. Iwan, di sinilah peran perawat komunitas (Community Health Nursing/CHN) menjadi sangat strategis. Inovasi dan riset utama Prof. Iwan terpusat pada bagaimana perawat komunitas bisa menjadi “ujung tombak” kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat, keluarga, dan anak-anak kita. Mereka bukan hanya sekadar penyedia layanan kesehatan, tetapi juga agen perubahan yang memberdayakan masyarakat.

Prof. Iwan membagikan hasil risetnya yang menunjukkan bagaimana inovasi CHN bisa sangat membantu. Ia fokus pada tiga area utama:

Peningkatan Akses Layanan Kesehatan melalui Community Case Management (CCM): Ini adalah pendekatan yang memungkinkan perawat memberikan penanganan awal penyakit anak langsung di desa-desa terpencil, tanpa harus selalu bergantung pada fasilitas kesehatan formal. Risetnya menunjukkan CCM berhasil meningkatkan pengetahuan ibu tentang tanda bahaya penyakit anak dan kepuasan masyarakat terhadap layanan kesehatan.

Pencegahan Stunting melalui Pemberdayaan Keluarga (termasuk Digital): Prof. Iwan giat dalam upaya identifikasi faktor risiko stunting dan mengembangkan pendekatan pemberdayaan keluarga untuk pencegahannya, bahkan dengan memanfaatkan teknologi digital untuk edukasi dan pendampingan gizi. Ia menegaskan, intervensi stunting harus holistik dan sensitif terhadap konteks keluarga.

Intervensi Terhadap Perilaku Berisiko Remaja: Prof. Iwan juga melakukan studi dan mengembangkan intervensi untuk berbagai perilaku berisiko pada remaja, seperti merokok, konsumsi makanan tidak sehat, paparan pornografi, dan risiko HIV/AIDS. Pendekatannya melibatkan peran keluarga dan teman sebaya, memastikan edukasi yang relevan dan efektif.

“Perawat di komunitas itu ibarat sahabat terpercaya bagi keluarga. Mereka tidak hanya mengobati saat sakit, tapi juga menjadi penggerak agar keluarga bisa menjaga kesehatan, memahami bahaya penyakit, dan tahu ke mana mencari bantuan kesehatan yang berkualitas,” tuturnya.

Meski demikian, Prof. Iwan mengakui ada tantangan besar dalam mengoptimalkan peran perawat komunitas. Beberapa di antaranya adalah kurangnya partisipasi masyarakat, terbatasnya sumber daya, minimnya koordinasi lintas sektor, serta kualitas pendidikan dan pelatihan perawat yang perlu ditingkatkan agar selaras dengan kebutuhan di lapangan.

Untuk itu, ia menyampaikan sejumlah rekomendasi penting, antara lain: peningkatan kualitas dan jumlah perawat komunitas melalui pendidikan yang lebih baik dan pelatihan berkelanjutan; penguatan regulasi dan tata kelola sistem kesehatan agar peran perawat komunitas semakin jelas dan terintegrasi; investasi infrastruktur layanan primer seperti puskesmas; penguatan literasi kesehatan masyarakat lewat kampanye masif; serta pemanfaatan teknologi dan inovasi digital dalam pelayanan kesehatan.

“Optimalisasi peran perawat komunitas adalah kunci utama. Mereka adalah agen perubahan yang memastikan setiap anak dan remaja kita tumbuh dalam lingkungan yang sehat, terlindungi, dan penuh potensi. Dari tangan-tangan merekalah, sumber daya manusia unggul akan terbentuk, dan dari situlah Indonesia Emas 2045 bisa kita wujudkan bersama,” pungkas Prof. Iwan dengan penuh semangat.

Pengukuhan Prof. Iwan sebagai Guru Besar ini diharapkan menjadi dorongan besar untuk semakin memperkuat peran perawat komunitas di seluruh Indonesia, demi menciptakan generasi sehat yang akan menjadi pondasi bagi kemajuan bangsa di masa depan.

Share this article:

en_US