PeriXa Batin, Solusi Inovatif untuk Menjawab Masalah Kesehatan Mental Generasi Muda

Posted in:

14 July 2025

Kesehatan mental kini menjadi persoalan yang sangat penting dan tidak bisa diabaikan lagi, terutama di kalangan anak muda yang hidup dalam tekanan dari sekolah, media sosial, hingga tuntutan hidup sehari-hari. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia 2023, tingkat depresi paling tinggi ditemukan pada usia 15–24 tahun, yaitu sebesar 2 persen. Ini menandakan bahwa anak muda adalah kelompok yang paling rentan mengalami gangguan mental.

Sayangnya, masih banyak masyarakat yang menganggap masalah mental sebagai hal sepele, ditambah dengan akses layanan psikologis yang belum merata, dan pendekatan yang belum cocok dengan gaya hidup digital anak muda zaman sekarang. Karena itulah, mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) menciptakan sebuah inovasi bernama PeriXa Batin. Aplikasi ini menjadi bentuk nyata kehadiran teknologi untuk menjawab masalah kesehatan mental. PeriXa Batin menggabungkan pemeriksaan kondisi mental berbasis kecerdasan buatan (AI) dengan terapi hipnoterapi lewat teknologi Extended Reality (XR), dalam bentuk sesi digital yang nyaman, pribadi, dan mudah digunakan.

Aplikasi ini dikembangkan oleh tim mahasiswa dari berbagai peminatan di FIK UI, yaitu Tissa Aulia Putri (Magister Keperawatan Onkologi 2023), Hafizs Nasirun (Magister Keperawatan Komunitas 2024), Eka Putri Yulianti (Magister Keperawatan Jiwa 2024), dan Afifah Ayu Syaiful (Ners Spesialis Keperawatan Anak 2024). Melalui ajang Hackathon UI Incubate 2025, PeriXa Batin terpilih sebagai salah satu inovasi terbaik. Dengan teknologi Virtual Reality (VR), aplikasi ini membantu pengguna masuk ke dalam suasana yang tenang dan bebas gangguan, agar lebih mudah merasa rileks dan fokus selama terapi.

Apa yang membuat PeriXa Batin berbeda adalah pendekatannya yang modern dan personal. Aplikasi ini bisa mendeteksi emosi dan kondisi mental pengguna, lalu memberikan saran terapi yang sesuai. Misalnya, menyarankan aktivitas yang bisa membantu meningkatkan hormon bahagia seperti serotonin atau dopamin agar suasana hati jadi lebih baik. Lewat fitur hipnoterapi ringan berbasis XR, pengguna juga bisa menikmati sesi relaksasi dengan teknik pernapasan dalam sambil melihat pemandangan virtual yang menenangkan.

Fitur-fitur lain yang juga penting antara lain pelatih virtual (virtual coach) yang memandu langkah demi langkah, serta pilihan suasana alam seperti lembah hijau, bunga sakura, atau pantai yang bisa disesuaikan dengan selera masing-masing. Suara, tampilan visual, dan durasi sesi pun bisa diatur sesuai kenyamanan pengguna, menjadikan setiap sesi terapi terasa lebih menyenangkan dan tidak membosankan.

PeriXa Batin sudah diuji coba pada kelompok remaja dan pelajar untuk melihat dampaknya terhadap stres dan kecemasan. Selain itu, validasi instrument berdasarkan Mayer Briggs, Big-5 personality, Enneagram, dan Jungian Archetype, agar pendekatan yang diberikan bisa lebih tepat sesuai kepribadian masing-masing pengguna.

Dari sisi keamanan, PeriXa Batin sangat memperhatikan kenyamanan pengguna. Setiap sesi hanya berlangsung selama 5 menit—jauh lebih singkat dari batas aman penggunaan perangkat VR. Pengguna juga diminta mengisi riwayat kesehatan terlebih dahulu, karena aplikasi ini tidak disarankan untuk penderita kondisi tertentu seperti migrain atau epilepsi. Tampilan aplikasi dibuat sesederhana mungkin agar mudah digunakan, bahkan bagi pemula. Pengguna juga dipandu perlahan oleh pelatih virtual, dan diminta mengisi evaluasi setelah sesi selesai untuk memastikan tidak ada efek samping yang dirasakan. Penting untuk dipahami bahwa aplikasi ini bukan untuk menggantikan terapi profesional, tetapi sebagai pendamping awal yang bisa membantu pengguna merasa lebih tenang dan terkendali.

“Keamanan dan kenyamanan pengguna menjadi prioritas utama dalam pengembangan PeriXa Batin. Kami ingin memastikan setiap orang bisa merasa aman dan tidak kewalahan saat mencoba teknologi ini, apalagi bagi yang baru pertama kali mengenal terapi berbasis VR,” ujar Ns. Tissa Aulia Putri, S.Kep., CEO PeriXa Batin sekaligus mahasiswa Magister Keperawatan Onkologi FIK UI.

Dalam waktu dekat (6–12 bulan ke depan), tim PeriXa Batin berencana merilis versi awal aplikasi ini ke publik, bekerja sama dengan sekolah, kampus, dan komunitas peduli kesehatan mental. Mereka juga akan menyempurnakan fitur AI agar lebih peka terhadap emosi pengguna dan menambahkan fitur pelacakan perkembangan. Selain itu, kampanye edukasi juga akan dilakukan untuk mengurangi stigma terhadap hipnoterapi dan teknologi VR dalam dunia kesehatan mental, serta menyiapkan badan usaha agar aplikasi ini bisa terus berkembang.

Dalam jangka panjang (1–3 tahun), aplikasi ini juga rencananya akan dibuat dalam versi mobile agar bisa digunakan tanpa perangkat VR, sehingga bisa menjangkau lebih banyak orang. Modul terapi tambahan seperti self-acceptance, inner child healing, dan trauma release juga akan dikembangkan. Tim juga berencana melakukan penelitian lebih lanjut dan uji klinis agar PeriXa Batin bisa diakui secara ilmiah sebagai alat bantu terapi yang sah dan bermanfaat untuk gejala ringan hingga sedang. Kolaborasi dengan sekolah, kampus, dan layanan kesehatan juga akan diperluas agar aplikasi ini bisa digunakan secara luas di berbagai daerah.

PeriXa Batin menjadi bukti bahwa teknologi dan empati bisa berjalan beriringan untuk menjawab masalah nyata di masyarakat. Di tangan generasi muda seperti mahasiswa keperawatan yang paham pentingnya kesehatan jiwa, masa depan kesehatan mental di Indonesia bisa menjadi lebih terbuka, ramah, dan mudah diakses. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia juga mendukung penuh lahirnya inovasi ini, sebagai bagian dari komitmennya dalam melahirkan perawat profesional yang tidak hanya pintar secara teori, tapi juga mampu menjawab kebutuhan masyarakat dengan solusi yang nyata dan berbasis teknologi.

Share this article:

en_US