Doctoral Promotion

Mengubah Cara Pandang terhadap Skizofrenia: Doktor FIK UI Buktikan Pemulihan Itu Nyata

Posted in:

26 June 2025

Depok, 26 Juni 2025 – Gangguan skizofrenia masih menjadi tantangan serius dalam dunia kesehatan jiwa, tidak hanya di Indonesia tetapi juga secara global. Gangguan ini kerap menyebabkan disabilitas jangka panjang, stigma sosial, serta beban emosional dan ekonomi bagi keluarga. Dalam upaya memperkuat kontribusi keilmuan dalam penanganan masalah ini, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) menggelar Sidang Terbuka Promosi Doktor Dewi Wulandari, yang disertasi doktoralnya secara khusus menyoroti isu pemulihan pada orang dengan skizofrenia (ODS).

Melalui disertasi berjudul “Efektivitas Model Pemulihan Orang dengan Skizofrenia terhadap Remisi Gejala dan Kemampuan Fungsional”, Dewi Wulandari mengkaji dinamika pemulihan skizofrenia dari pendekatan yang lebih menyeluruh dan kontekstual. Dalam paparannya, Dewi menyoroti bahwa paradigma lama yang memandang skizofrenia sebagai kondisi degeneratif yang tak bisa dipulihkan kini mulai bergeser.

    “Pemulihan orang dengan skizofrenia tidak lagi hanya dilihat dari remisi gejala klinis seperti halusinasi atau waham , tetapi juga dari kemampuan mereka menjalani kehidupan sehari-hari secara mandiri dan bermakna di tengah masyarakat,” ujar Dewi.

Skizofrenia memengaruhi sekitar 24 juta orang di dunia menurut WHO (2023), dan sering kali muncul di usia produktif, yakni akhir masa remaja hingga awal 30-an. Gejala-gejala seperti gangguan persepsi, afek tumpul, disorganisasi pikiran, serta perilaku tidak wajar, membuat penderita sering kali tersisih dari lingkungan sosialnya.

Di Indonesia, beban gangguan jiwa berat seperti skizofrenia masih tinggi, dengan banyak penderita belum mendapatkan layanan kesehatan jiwa yang memadai. Tidak sedikit pula dari mereka yang hidup dalam kondisi isolasi sosial, atau bahkan masih dipasung.

Dalam konteks ini, pendekatan pemulihan yang holistik—yang melibatkan dukungan keluarga, komunitas, dan tenaga kesehatan—dianggap semakin penting.

Dewi Wulandari menjawab tantangan tersebut melalui riset tiga tahap yang menggunakan pendekatan mixed methods. Tahap pertama berfokus pada eksplorasi kualitatif tentang persepsi pemulihan dari sudut pandang ODS, keluarga, perawat, dan kader kesehatan jiwa . Hasilnya teridentifikasi enam tema utama: pengalaman keluarga dengan ODS , persepsi tentang pemulihan, faktor-faktor yang memengaruhi pemulihan , strategi mencapai pemulihan , program pemulihan ODS di komunitas , dan stigma.

Dari temuan ini, Dewi menyusun sebuah model pemulihan berbasis komunitas, yang mengintegrasikan peran berbagai aktor: perawat, ODS, keluarga, kader kesehatan, hingga ketua RT dan RW. Model ini diuji melalui studi kuantitatif dan terbukti lebih efektif dibanding perawatan rutin, dengan hasil yaitu gejala skizofrenia sebesar 16,34 poin lebih rendah dan kemampuan fungsional sebesar 9,61 poin lebih tinggi . Namun, lebih dari sekadar efektivitas angka, disertasi ini menekankan bahwa pemulihan ODS membutuhkan lingkungan yang mendukung secara sosial dan emosional—bukan hanya intervensi medis.

Sidang promosi doktor dipimpin oleh Prof. Dr. Rr. Tutik Sri Hariyati, S.Kp., MARS, dengan dipromotori oleh Prof. Dr. Budi Anna Keliat, S.Kp., M.App.Sc., serta para Ko-Promotor Prof. Herni Susanti, S.Kp., MN, Ph.D dan Prof. Dr. Besral, SKM., M.Sc (Ko-promotor II).

Dewan penguji menghadirkan para ahli di bidang keperawatan jiwa dan psikiatri, yakni Dr. dr. Hervita Diatri, Sp.KJ(K); Dr. Ns. Heni Dwi Windarwati, S.Kep., M.Kep., Sp.KepJ; Ibu Yossie Susanti Eka Putri, S.Kp., M.N., Ph.D; serta Dr. dr. Sri Idaiani, SpKJ.

Melalui disertasinya, Dewi Wulandari tidak hanya memenuhi syarat akademik untuk meraih gelar doktor, tetapi juga menyumbang pemikiran strategis dalam pengembangan model perawatan keperawatan jiwa di Indonesia.

Capaian ini sejalan dengan komitmen FIK UI sebagai lembaga pendidikan keperawatan yang unggul dalam keilmuan dan impactful bagi masyarakat. Melalui riset-riset doktoral seperti ini, FIK UI berperan aktif membangun pemahaman dan kebijakan berbasis bukti untuk pelayanan kesehatan jiwa yang lebih inklusif, manusiawi, dan memberdayakan.

    “Pemulihan orang dengan skizofrenia adalah perjalanan panjang, dan kami percaya dunia akademik harus menjadi bagian dari proses itu—bukan hanya melalui pengajaran, tetapi juga lewat riset yang membumi dan berdampak,” tutur Prof. Tutik dalam sambutan penutup sidang.

FIK UI menyampaikan selamat dan apresiasi kepada Dr. Dewi Wulandari, serta berharap bahwa hasil penelitiannya dapat menjadi referensi penting dalam pengembangan layanan kesehatan jiwa berbasis komunitas di Indonesia.

Share this article:

en_US