Melanjutkan studi bagi seorang dosen hingga jenjang tertinggi, yaitu doktoral, adalah bagian penting dari profesi akademik. Mengajar mahasiswa tidak cukup hanya dengan pengalaman, tetapi juga menuntut penguasaan pengetahuan terkini dan metode pengajaran yang efektif. Pengalaman belajar di luar negeri bisa membuka wawasan lebih luas serta memperluas jejaring profesional. Meskipun kesempatan untuk studi ke luar negeri terbuka bagi semua dosen, tidak semua mampu mengambilnya.
Dalam wawancara kali ini, kami menyajikan percakapan singkat bersama salah satu staf pengajar di Departemen Keperawatan Komunitas, yang kini hampir menyelesaikan studi doktoralnya di Department of Nursing, National Cheng Kung University (NCKU). Ns. Dwi Nurviyandari Kusuma Wati, SKep., MN., menyelesaikan program magister di Kagoshima University pada tahun 2008, dan dijadwalkan lulus program doktor tahun ini.
Ns. Dwi menjelaskan bahwa merancang studi ke luar negeri sebaiknya dipersiapkan minimal satu tahun sebelum keberangkatan. Selain menyiapkan syarat umum seperti sertifikat bahasa dan proposal riset, penting juga untuk memahami berbagai skema beasiswa dan mengikuti program persiapan dari Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti), Kemendikbud. Setiap beasiswa memiliki persyaratan yang sangat spesifik, sehingga persiapan harus matang. Pengalaman lebih dari 10 tahun Ns. Dwi dalam mendaftar berbagai beasiswa menunjukkan bahwa menyelesaikan seluruh administrasi adalah setengah dari perjuangan dalam meraih beasiswa.
Ia juga menekankan bahwa persiapan studi ke luar negeri adalah tantangan tersendiri yang butuh strategi khusus. Salah satunya adalah tetap harus bekerja penuh di tengah persiapan studi, yang membuat waktu sangat terbatas. Solusinya adalah dengan mengikuti program seperti Pre-Departure English Course (PDEC), Talent Scouting, dan Sandwich Program dari Dikti. Program-program ini memberi ruang untuk dapat fokus mempersiapkan studi dengan izin resmi dari pimpinan fakultas dan universitas.
Tantangan lain adalah bagi dosen yang telah berkeluarga. Keputusan untuk studi ke luar negeri perlu dikomunikasikan dengan pasangan dan mempertimbangkan kondisi anak. Strategi terbaik adalah membangun komunikasi yang terbuka dan saling mendukung. Dukungan keluarga tidak hanya dalam bentuk kata-kata, tetapi juga membangun support system nyata seperti pengasuh anak yang mumpuni, sekolah anak yang terbaik, serta persiapan teknis lainnya bersama pasangan.
Pilihan Ns. Dwi untuk belajar di NCKU bukanlah kebetulan. Universitas ini memiliki peringkat internasional yang baik, menawarkan beasiswa dari kampus maupun pemerintah Taiwan, dan lokasinya cukup dekat dari Indonesia. Setiap dosen tentu memiliki pertimbangannya masing-masing, dan bagi Ns. Dwi, NCKU menjadi pilihan tepat. Menjalani studi doktoral selama empat tahun dengan empat anak tentu bukan hal mudah, namun dijalaninya dengan semangat tinggi.
Hal yang paling menarik dari perbincangan ini adalah rahasia kesuksesan Ns. Dwi: meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah SWT. Di tengah kesibukan akademik dan jauh dari keluarga, ketenangan dan kekuatan diperolehnya dari mendekat kepada Allah.
Sampai pada titik ujian akhir disertasi bukanlah karena kekuatan sendiri, melainkan berkat doa-doa dari keluarga dan sahabat. “Jangan pernah lelah meminta doa dari pasangan, anak-anak, dan tentunya dari orang tua, karena kita tak pernah tahu doa siapa yang diijabah oleh Allah,” tuturnya. Pernyataan ini menjadi penutup yang penuh makna dalam wawancara kami bersama Ns. Dwi Nurviyandari.
Gedung A Lantai 2, Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK), Kampus UI Depok,
Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Kampus UI Depok, Pondok Cina, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16424, Indonesia.
Jl. Prof. DR. Sudjono D. Pusponegoro, Kampus UI Depok, Pondok Cina, Kecamatan Beji, Kota Depok,
Jawa Barat 16424, Indonesia.