Proses penuaan merupakan bagian alami dari kehidupan manusia yang tidak dapat dihindari. Namun, perubahan yang terjadi pada sistem muskuloskeletal — seperti penurunan massa otot (sarcopenia), kekakuan sendi akibat osteoartritis, serta tulang keropos (osteoporosis) — sering kali membawa tantangan besar bagi para lansia. Kondisi ini dapat menurunkan kemampuan bergerak dan meningkatkan risiko jatuh serta cedera serius.
Sebagai bentuk kepedulian terhadap kesehatan masyarakat lanjut usia, Mahasiswa Program Magister Peminatan Keperawatan Gerontik Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI), Ns. Caecilia Nika Candra, S.Kep., melaksanakan kegiatan penyuluhan bertajuk “Mobilisasi pada Kondisi Tulang Keropos” di Gedung Administrasi Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI).
Kegiatan ini diselenggarakan melalui kerja sama antara FIK UI dan Layanan Tenteram Senior Care (TSC) RSUI, sebagai upaya untuk meningkatkan literasi kesehatan dan kemandirian lansia dalam menjaga kebugaran fisik.
Dalam kegiatan penyuluhan tersebut, Ns. Nika menjelaskan secara interaktif berbagai perubahan yang terjadi pada sistem muskuloskeletal seiring bertambahnya usia, faktor risiko tulang keropos, serta langkah-langkah mempertahankan kekuatan otot dan tulang. Edukasi difokuskan pada pentingnya nutrisi seimbang, pencegahan risiko jatuh, dan latihan sederhana seperti Range of Motion (ROM) — yaitu latihan untuk mempertahankan rentang pergerakan sendi dari kepala hingga kaki.
Sekitar 30 lansia berpartisipasi dalam kegiatan ini. Sebanyak 70% di antaranya aktif mempraktikkan latihan ROM bersama, sementara sisanya yang berusia lanjut di atas 90 tahun atau menggunakan kursi roda tetap mengikuti dengan gerakan adaptif sesuai kemampuan. Suasana kegiatan berlangsung penuh semangat dan keakraban, diwarnai tawa serta dukungan satu sama lain.
“Tulang kita mungkin menua, tetapi semangat untuk bergerak tidak boleh ikut rapuh,” ujar Ns. Nika, disambut senyum dan tepuk tangan para peserta.
Antusiasme peserta terlihat tinggi. Beberapa lansia bahkan meminta agar dibuatkan video latihan ROM yang bisa mereka gunakan di rumah untuk latihan mandiri. Salah satu peserta lansia menyampaikan,
“Senang sekali, Bu. Latihan ini membuat badan terasa ringan dan saya jadi tahu cara aman untuk tetap bergerak di rumah.”
Dalam sesi tanya jawab, muncul pertanyaan menarik mengenai praktik pijat yang menimbulkan bunyi “kretek-kretek” pada tulang. Ns. Nika menjelaskan dengan pendekatan ilmiah dan praktis,
“Saya belum menemukan dasar ilmiah yang menyebut bahwa pijat harus menimbulkan bunyi tulang ‘kretek-kretek’. Namun, bila dilakukan oleh terapis bersertifikat resmi seperti akupresuris atau fisioterapis, maka umumnya lebih aman karena mereka telah melalui pendidikan dan uji kompetensi.”
Melalui kegiatan ini, FIK UI dan RSUI berharap masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjaga kesehatan tulang dan otot di usia lanjut. Edukasi ini tidak hanya mencegah risiko jatuh dan komplikasi seperti patah tulang atau sarkopenia, tetapi juga membantu lansia untuk tetap aktif, mandiri, dan memiliki kualitas hidup yang optimal.
FIK UI terus berkomitmen dalam mewujudkan kontribusi nyata bagi masyarakat melalui kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian yang berdampak. Sebagai bagian dari perjalanan 40 tahun FIK UI, kegiatan ini menjadi wujud nyata semangat “Cultivating Nursing Excellence: 40 Years of Impact and Innovation.”