Search
Close this search box.

Stunting (kerdil) merupakan kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Artinya, anak dengan stunting menunjukkan fisik yang relatif pendek jika dibandingkan dengan anak seusianya yang sehat. Berbagai penelitian juga menunjukkan hal yang memprihatinkan jika anak mengalami stunting karena akan berhubungan erat dengan kualitas kehidupan anak. Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 24,4 persen atau 5,33 juta Balita. Oleh karena itu sampai saat ini, isu stunting menjadi isu prioritas nasional.

Dalam rangka mendukung program pemerintah untuk menurunkan angka stunting di Indonesia,  pada Sabtu 13 Juni 2022, Tim Pengabdian Masyarakat dari Departemen Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIKUI) melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat berjudul “Optimalisasi Peran Posyandu Melalui Pegembangan Kapasitas Kader terhadap Pencegahan dan Pengendalian Stunting di Puskesmas Pacar, Kab. Manggarai Barat, NTT” melalui pemberian pelatihan pencegahan stunting bagi kader kesehatan di Aula UPTD Puskesmas Pacar, Kab. Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Program pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh FIKUI merupakan bentuk pengamalan Tri Dharma Perguruan Tinggi dimana ilmu pengetahuan yang dimiliki dan ditunjang dari berbagai hasil-hasil riset yang kemudian diimplementasikan dalam sebuah program pengabdian masyarakat.

FIKUI mengangkat isu stunting dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini agar setiap orang memiliki perhatian yang serius dalam menyelesaikan masalah stunting yang sampai saat ini masih menjadi masalah nasional. Perawat memiliki peran penting dalam mencegah meningkatnya angka kejadian stunting yaitu memberi asuhan keperawatan, edukasi atau penyuluhan, pengelola pelayanan keperawatan dan peneliti. Peran perawat dalam menurunkan  angka kejadian stunting salah satunya dengan cara mengedukasi kader kesehatan setempat mengenai pelatihan pencegahan stunting untuk melakukan pencegahan yang berlanjut di daerahnya masing-masing.

Kegiatan ini dilakukan di UPTD Puskesmas Pacar melibatkan 30 peserta yang terdiri dari kader kesehatan, tokoh masyarakat, aparat desa, tim Penggerak PKK, dan penanggung jawab program gizi di Puskesmas. Keterlibatan lintas sektor dalam penanganan stunting diharapkan mempercepat cakupan keberhasilan dalam menurunkan angka kejadian stunting.

Kegiatan disambut dengan baik oleh masyarakat setempat dan Bapak Kepala Puskesmas Desa Pacar, Siprianus Jamat, S.Kep. Kegiatan ini dilakukan melalui beberapa sesi aktivitas, diantaranya sesi ke-1 yakni brainstorming atau curah pendapat mengenai persepsi peserta terkait kejadian stunting dan upaya-upaya apa saja yang sudah dilakukan di desa masing-masing berkaitan dengan pengendalian stunting; sesi ke-2 yakni sosialisasi mengenai konsep dasar stunting dan pencegahannya, sesi ke-3 yakni pelatihan komunikasi efektif dan penggunaan media lembar balik sebagai media promosi kesehatan, serta sesi ke-4 yakni praktek promosi kesehatan mengenai stunting menggunakan lembar balik.

“Kejadian stunting itu tidak hanya berkaitan dengan kecukupan gizi yang diberikan pada anak, melainkan kejadian stunting juga erat kaitannya dengan sanitasi dan pola asuh keluarga. Penting bagi Ibu-ibu yang sedang hamil atau memiliki anak balita agar juga memperhatikan pola asuh dalam keluarga dan juga sanitasi atau kebersihan lingkungan”, jelas Ns. Lasarus Atamou, S.Kep., M.Kep mengenai konsep dasar stunting.

Selain itu juga dilakukan edukasi mengenai komunikasi efektif untuk kader kesehatan dalam pencegahan stunting sebagai penyuluh. Setidaknya ada 5 hal yang perlu diperhatikan oleh kader dalam menyampaikan informasi kesehatan kepada masyarakat, diantaranya bahasa yang digunakan, suara, bahasa tubuh, kontak mata, dan sikap dalam memberikan pesan kesehatan.Ns. Syamikar Baridwan, S.Kep., M.Kep, Sp.Kep.K. juga melatih kader kesehatan dalam memberikan penyuluhan kesehatan menggunakan media lembar balik stunting. Bentuk pelatihan yang dilakukan berupa Training of Trainer dengan diberikan penjelasan mengenai komunikasi efektif, tujuan, dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi. Selanjutnya, kader juga dilatih cara menggunakan lembar balik sebagai media edukasi dalam memberikan penyuluhan stunting.

Perubahan secara observational dapat terlihat ketika kader terlihat lebih percaya diri dan komunikatif, selain itu kader juga bisa menggunakan lembar balik dalam menyampaikan informasi stunting karena lembar balik ini berisi penjelasan yang ringkas, jelas, dan padat. Selain itu, lembar balik mudah dibawa dan dibagikan kepada masyarakat sekitar.

Kegiatan pengabdian masyarakat FIK UI dilakukan oleh Agus Setiawan, S.Kp., M.N., D.N sebagai Dekan FIK UI, dosen, sekaligus ketua pengabdi. Didampingi beberapa ahli keperawatan komunitas seperti Dr. Henny Permatasari, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom dan Ns. La Ode Abd Rahman,S.Kep., MBA. Kegiatan ini juga melibatkan 5 mahasiswa spesialis komunitas FIKUI yakni Ns. Syamikar Baridwan, S.Kep., M.Kep. Sp.Kep.K., Ns. Lasarus Atamou, S.Kep. M.Kep., Ns. Safaruddin, S.Kep. M.Kep., Ns. Riski Muahmmad Akbar K, S.Kep. M.Kep., dan Ns. Fandy Yoduke, S.Kep. M.Kep.

Di akhir kegiatan, peserta menyampaikan rasa terimakasih kepada tim pengabdi atas kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan di Puskesmas Pacar. Peserta merasa puas dan sangat terbantu dengan kegiatan yang dilakukan karena para peserta bisa mempraktekkan cara melakukan penyuluhan kesehatan khususnya pada masalah stunting dengan mengaplikasikan beberapa teknik komunikasi yang diajarkan.

en_US