Bogor, 7 Mei 2025 – Banyak orang mengalami tekanan mental, tapi tidak tahu harus cerita ke siapa. Di tengah tantangan ini, 23 warga dari Kelurahan Batutulis, Bogor Selatan, kini siap menjadi teman bicara dan pendamping bagi tetangganya yang sedang menghadapi masalah psikososial.
Mereka baru saja menyelesaikan pelatihan kader kesehatan jiwa yang bertajuk “Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat melalui Pelatihan Kader dengan Topik Menggerakkan Kelompok Keluarga Risiko dan Continuity of Care” yang diinisiasi oleh mahasiswa Magister Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI), bekerja sama dengan Kelurahan Batutulis.
Kader dilatih untuk mengenali tanda-tanda gangguan jiwa dan tekanan mental, khususnya pada keluarga yang hidup dengan penyakit kronis seperti kanker, hipertensi, dan diabetes. Kondisi ini seringkali menimbulkan beban psikologis yang tersembunyi.
Dengan pendekatan sederhana namun kuat, kader belajar menggunakan alat deteksi dini SRQ-20 serta teknik komunikasi dari WHO yang disebut SOCO—yakni menyampaikan pesan secara lugas, menyentuh, dan mudah dipahami. Intinya, bagaimana cara bicara yang bisa membuat orang mau terbuka dan merasa didengar.
“Berkat pelatihan ini, sekarang kami tahu harus mulai dari mana,” kata Ny. Eka, kader dari RW 04. “Pelatihan ini membuat kami lebih percaya diri untuk mendampingi warga yang butuh dukungan, bukan cuma fisik, tapi juga mental.”
Berbeda dari pelatihan top-down, program ini dirancang berdasarkan dialog langsung mahasiswa FIK UI dengan warga. Para mahasiswa turun ke lapangan, mengenali kebutuhan riil, dan menyusun pelatihan yang aplikatif.
“Kami ingin menciptakan perubahan dari dalam masyarakat, bukan dari luar. Kader yang diberdayakan adalah jembatan penting untuk membawa isu kesehatan jiwa ke tengah warga,” ujar Ns. Eka Putri Yulianti, S.Kep, Ketua Pelaksana pelatihan.
Selain pelatihan, warga juga membentuk Self-Help Group (SHG)—komunitas kecil tempat mereka bisa berbagi cerita, saling menguatkan, dan merasa tidak sendirian. Program ini juga didukung oleh GWS Wellness, perusahaan yang peduli terhadap kesehatan mental masyarakat. Kolaborasi ini memperkuat integrasi pendekatan kesehatan fisik dan mental.
Menurut Prof. Herni Susanti, S.Kp, M.N., Ph.D, Penasihat Program dan Guru Besar FIK UI, pelatihan seperti ini adalah bentuk nyata bagaimana pendidikan tinggi bisa berkontribusi pada perubahan sosial yang konkret. “Kader itu ujung tombak. Mereka ada di tengah masyarakat, dan bisa jadi garda pertama dalam menjaga kesehatan jiwa. Kami berharap pelatihan seperti ini bisa membuka akses, mengurangi stigma, dan menciptakan masyarakat yang lebih peduli satu sama lain,”
Hasilnya? 100% kader hadir aktif, pemahaman meningkat signifikan berdasarkan pre-post test, dan terbentuknya sistem rujukan ke Puskesmas dan rumah sakit jiwa bila ditemukan kasus yang lebih serius.
Kader kini tidak hanya menjadi penyambung informasi, tetapi penggerak perubahan nyata.
Program ini bukan hanya soal Batutulis. FIK UI berharap pendekatan ini bisa diperluas ke daerah lain, agar kesehatan jiwa tak lagi jadi isu yang “diam-diam” di rumah-rumah warga. Karena ternyata, perubahan besar bisa dimulai dari satu hal sederhana: ada yang mau mendengar.
Melalui ini menunjukkan bahwa FIK UI bukan hanya mencetak perawat handal di kelas, tapi juga mengirimkan agen perubahan ke tengah masyarakat, menjembatani ilmu pengetahuan dengan empati dan aksi nyata. Serta dapat meningkatkan kesejahteraan mental masyarakat dan mendukung pencapaian SDGs 3.4, yang berfokus pada kesehatan mental dan kesejahteraan inklusif.
Gedung A Lantai 2, Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK), Kampus UI Depok,
Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Kampus UI Depok, Pondok Cina, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16424, Indonesia.
Jl. Prof. DR. Sudjono D. Pusponegoro, Kampus UI Depok, Pondok Cina, Kecamatan Beji, Kota Depok,
Jawa Barat 16424, Indonesia.