Kanker payudara merupakan kanker yang paling sering terjadi pada perempuan di dunia, dengan angka kejadian sekitar 23% dari total kasus kanker dan 14% menyebabkan kematian di negara berkembang. Kanker payudara merupakan jenis kanker dengan persentase bertambahnya pasien baru tertinggi, yaitu 43,3% dengan persentase kematian 12,9% (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Kondisi ini menjadikan keperawatan sebagai bagian dari tim kesehatan dalam sebuah rumah sakit harus berupaya untuk meningkatkan asuhan pelayanan keperawatan yang memperhatikan aspek kenyamanan.
Kenyamanan merupakan salah satu fokus dan bagian penting yang harus diperhatikan dalam asuhan keperawatan. Pasien dan keluarganya menyatakan bahwa kenyamanan merupakan komponen penting dalam asuhan keperawatan. Selain itu, kenyamanan emosional dapat meningkatkan sistem imun tubuh. Ketidaknyamanan merupakan gangguan umum yang sering dialami oleh pasien kanker payudara. Umumnya pasien kanker payudara mengalami gangguan kenyamanan karena penyakitnya itu sendiri dan efek samping pengobatan.
Menurut Tuti Nuraini, doktor ke-56 dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI), saat ini pasien kanker payudara masih mengalami ketidaknyamanan. Dari FGD yang dilakukannya, Tuti memperoleh data bahwa perawat onkologi membutuhkan suatu instrumen untuk mengkaji kenyamanan pasien. Beberapa instrumen pengkajian terkait dengan kenyamanan pasien kanker telah dikembangkan di dunia, namun belum sesuai untuk mengkaji kenyamanan pasien kanker di Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut, Tuti melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Instrumen Pengkajian dan Pemodelan Teoritis Kenyamanan pada Pasien Kanker Payudara di Indonesia dengan Pendekatan Kolcaba.” Disertasi tersebut telah disajikan di depan para penguji pada Kamis, 14 Desember 2017 di FON UI Education Building and Laboratory, Depok.
Dari hasil penelitian pada 308 orang pasien kanker payudaya, diketahui bahwa dukungan emosi, perawatan paliatif, spiritual, dan usia pasien mempengaruhi kenyamanan pasien melalui mediator kondisi fisik dan emosi. Semakin muda usia saat didiagnosis kanker, semakin berat kondisi yang dihadapi pasien. Menurut Tuti, pengembangan perawatan paliatif yang memperhatikan aspek psikologis, spiritual, dan karakteristik usia pasien, diperlukan di Indonesia untuk meningkatkan kenyamanan pada pasien kanker, khususnya pada pasien kanker payudara.