Di Indonesia, kanker payudara menempati posisi teratas (12.9%) sebagai jenis kanker yang menyebabkan kematian pada kaum perempuan (Globocan, 2012). Bersumber dari data yang sama, kanker payudara (43.3%) merupakan kasus penyakit baru yang ditemukan. Profil kanker Indonesia yang dikeluarkan oleh WHO juga mengungkapkan bahwa kanker payudara menjadi penyebab kematian tertinggi akibat kanker pada perempuan dengan jumlah 48.998 kasus (WHO, 2014). Potret ini ditangkap juga oleh Globocan yang menyatakan bahwa lebih dari 50% kasus kanker payudara dan 58% kematiannya terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bahkan angka survival kasus kanker payudara hanya di bawah 40% pada negara dengan pendapatan rendah (Globocan, 2008).
Berdasarkan hal tersebut, staf di Departemen Dasar Keperawatan dan Keperawatan Dasar (DKKD) FIK UI melaksanakan kegiatan Community Service bertajuk “Nurses Love Pink: Detect, Support, and Care for Breast Cancer.” Kegiatan Pengmas yang dilaksanakan pada 30 Oktober 2016 di pinggiran Kali Ciliwung, tepatnya di RW 09, Asem Baris, Tebet tersebut merupakan salah satu upaya selebrasi pada bulan peringatan kanker payudara.
Dr. Dewi Gayatri, S.Kep., M.Kes. selaku Ketua Departemen DKKD sekaligus pembina dalam kegiatan ini mengungkapkan bahwa tingginya angka kanker payudara di Indonesia membuat mereka merasa perlu untuk turun ke masyarakat dan melakukan pendeteksian dini agar tidak banyak lagi dampak yang dirasakan ketika terjadi keterlambatan diagnosis.
Dalam kegiatan ini, Departemen DKKD FIK UI yang dibantu oleh para kader kesehatan dan Ketua Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (HIMPAUDI) wilayah setempat mencoba merangkul semua elemen masyarakat untuk ikut serta menyukseskan acara ini. Hasilnya, kegiatan pengmas ini diikuti oleh 41 warga lintas RW dan disambut dengan antusias oleh pimpinan wilayah setempat.
Selama kegiatan berlangsung, terutama pada saat edukasi kesehatan, peserta yang didominasi oleh kaum Ibu sangat antusias menyimak presentasi yang disampaikan mengenai kanker payudara. Beberapa peserta bahkan tidak malu mendemosntrasikan kembali Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di depan peserta lainnya. Peserta juga tampak serius ketika memperhatikan dan mempraktikkan 6 langkah cuci tangan. Selain penyuluhan, pemeriksaan resiko kanker payudara dengan alat bernama breastlight menjadi daya tarik tersendiri dalam kegiatan Pengmas ini.
Pada dasarnya, kegiatan pengabdian masyarakat berlandaskan dengan 2 nilai, yaitu kebermanfaatan dan keberlanjutan. Hal ini diakui oleh drg. Ambar selaku ketua HIMPAUDI yang menyatakan “kegiatan ini sangat bermanfaat bagi warga karena memudahkan warga yang kesulitan akses untuk memeriksa kesehaan mendapatkan pelayanan kesehatan secara terjangkau, kami berharap acara ini terus berlanjut di wilayah ini dengan tema yang berbeda setiap tahunnya.”