Search
Close this search box.

CoverAngka kematian bayi merupakan salah satu indikator kesehatan bangsa yang masuk dalam target Millenium Developmental Goals (MDGs) keempat. Penyebab kematian bayi antara lain asfiksia, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), dan infeksi (SDKI, 2007). Diare menjadi penyebab kematian bayi tertinggi akibat infeksi. Bayi yang tidak mendapat ASI lebih berisiko mendekati lima kali terkena diare daripada yang mendapat ASI. Pemberian ASI sejak dini dapat mengurangi kematian sebesar 22%. Oleh karena itu, pemberian ASI secara tidak langsung dapat menurunkan angka kematian bayi.

Ibu yang menyusui, selain memenuhi kebutuhan ASI bayinya juga mendapat manfaat lain seperti meningkatkan kontraksi uterus, mengurangi perdarahan pada ibu post partum, mengatur jarak kelahiran, dan mengembalikan berat badan seperti sebelum hamil. Selain itu, menyusui bermanfaat mengurangi risiko kanker ovarium, risiko kanker premenopause payudara, osteoporosis, dan risiko hipertensi. Masa menyusui bagi seorang perempuan minimal enam bulan (ASI Eksklusif) dan dilanjutkan sampai usia dua tahun. Namun demikian tidak semua perempuan mampu menyusui dalam rentang waktu tersebut. Berbagai penyebab kegagalan dalam menyusui antara lain ibu bekerja, ibu perokok, pemberian makanan pendamping, kecemasan dan kelelahan ibu. Ibu bekerja berisiko empat kali untuk tidak menyusui bayi dibanding yang tidak bekerja. Sementara beberapa penelitian membuktikan bahwa Ibu yang bekerja cenderung berhenti menyusui.

Perempuan yang bekerja memiliki tingkat stres lebih tinggi akibat aktivitas fisik dan beban kerja. Stres pada ibu menyusui dapat mempengaruhi produksi ASI sehingga produksi ASI berkurang. Hormon oksitoksin sangat berpengaruh pada jumlah tampungan ASI. Salah satu cara memicu pengeluran hormon oksitosin yaitu dengan melakukan pemijatan atau massage. Pemijatan dilakukan pada daerah punggung dengan jarak satu sampai dua sentimeter dari tulang belakang. Praktek pemijatan selain dilakukan secara manual dapat pula menggunakan alat bantu pijat. Selama ini belum ada studi penggunaan alat pijat dalam menstimulasi hormon oksitosin.

Berdasarkan permasalahan tersebut, mahasiswa Program Studi Doktor FIK UI, Anggorowati melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Intervensi Keperawatan Mandiri dengan Alat Digital Massager Oxytocin (DMO) dan Pengaruhnya terhadap Kenyamanan serta Volume ASI pada Ibu Bekerja yang Menyusui Tahun 2014.” Saat sidang promosi doktor yang berlangsung pada Senin, 4 Januari 2016, pukul 10.00 tersebut Anggorowati mengemukakan bahwa tujuan penelitiannya adalah untuk melihat efektifitas pemberian Digital Massager Oxytocin (DMO) terhadap kenyamanan dan volume ASI pada ibu bekerja yang menyusui.

 Sidang yang dilaksanakan di Gedung Pendidikan dan Laboratorium FIK UI Depok ini diketuai Dekan FIK UI, Junaiti Sahar, Ph.D., dengan promotor Prof. Heriandi Sutadi, drg., Sp. KGA (K)., Ph.D. dan Ko-promotor Prof. Dra. Setyowati, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D. and Prof. Dr. Ing. Ir. Raldi Artono Koestoer, D.E.A., dengan anggota Dr. dr. Budi Iman Santoso, Sp.O.G.(K)., Elsi Dwi Hapsari, S.Kp., M.S., D.S., Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, Sp.O.G(K)., and Prof. Dr. Ir. R. Danardono Agus Sumarsono, D.E.A.

Hasil penelitian Anggorowati membuktikan bahwa penggunaan DMO berpengaruh pada peningkatan kenyamanan dan volume ASI sehingga disarankan agar ibu menyusui yang bekerja menggunakan DMO setiap hari. Dengan penelitian mengenai ASI tersebut, Anggorowati resmi menjadi Doktor Keperawatan ke-37 dari FIK UI. Anggorowati yang merupakan staf dosen di Jurusan Keperawatan FK UNDIP tersebut lulus dengan nilai sangat memuaskan.

Bu Anggorowati 1Bu Anggorowati 2

Bu Anggorowati 3Bu Anggorowati 4

Bu Anggorowati 5Bu Anggorowati 6

en_US