Depok – Selasa, 15 Januari 2019, Program Doktor Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia kembali melaksanakan ujian terbuka promosi doktor, pada kesempatan ini Kuswantoro Rusca Putra bertanggungjawab mempertahankan disertasinya yang berjudul Pengaruh Model Lingkungan Kerja Perawat Berbasis Caring terhadap Burnout Perawat pada Rumah Sakit di Provinsi Jawa Timur. Kuswantoro berhasil mempertahankan disertasinya dan resmi menyandang gelar doktor yang 68 di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Ujian terbuka promosi doktor dipimpin oleh ketua sidang yang merangkap sebagai penguji Prof. Dra. Elly Nurachmah, D.N.Sc dan tim promotor Prof. Drg. Heriandi Sutadi, Sp.KGA (K)., PhD dan ko-promotor Prof. Dra. Setyowati, S.Kp., M.App.Sc., PhD dan Dr. Rr. Tutik Sri Hariyati, S.Kp., MARS, serta tim penguji yang terdiri dari Dr. Rostiana, M.Si.Psiko, Dr. Hanny Handiyani, S.Kp., M.Kep, Dr. Ati Surya Mediawati, S.Kp., M.Kep.
Perawat merupakan salah satu profesi yang berhubungan langsung dengan pasien dan memiliki kompleksitas pekerjaan yang tinggi sehingga berisiko terjadinya stres kerja dan berdampak terhadap burnout perawat. Burnout pada perawat sudah menjadi fenomena global tidak hanya pada negara berkembang tetapi terjadi pada negara maju. Dampak yang dapat terjadi pada perawat yang mengalami burnout meliputi terganggunya masalah kesehatan pada perawat dan terganggunya hubungan interpersonal di tempat kerja. Kondisi ini tentunya akan berdampak terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan kehidupan kerja. Disertasi ini menghasilkan model lingkungan kerja perawat yang dikenal dengan Model Lingkungan Kerja Perawat berbasis Caring (LKPBC) telah berhasil membuat gejala burnout menurun meliputi penurunan kelelahan emosional, depersonalisasi, dan berkurangnya penurunan pencapaian prestasi perawat.
Model LKPBC merupakan model intervensi yang dilakukan oleh kepala ruangan dalam pengelolaan lingkungan kerja yang meliputi perilaku caring kepala ruangan, pengelolaan kendali perawat terhadap praktiknya, pengelolaan beban kerja, dan pengelolaan penghargaan terhadap perawat. Penerapan model LKPBC diawali dengan melakukan pelatihan dan pendampingan terhadap kepala ruangan pada kelompok intervensi meliputi penerapan delapan faktor caring (pemecahan masalah bersama perawat, memberikan perhatian penuh terhadap perawat, menghormati perawat sebagai manusia, menggunakan cara yang menyenangkan, mengapresiasi keunikan perawat, memberikan lingkungan yang sehat, memfasilitasi kebutuhan dasar manusia, dan memfasilitasi kebutuhan afiliasi), pengelolaan kendali perawat meliputi pelibatan perawat terhadap pengambilan keputusan dalam pengelolaan pasien disesuaikan dengan kewenangan klinis masing-masing perawat, pengelolaan beban kerja meliputi pengorganisasian pemberian asuhan keperawatan dan penjadwalan tugas dan dinas perawat, pengelolaan penghargaan dengan pelibatan perawat dalam penilaian kinerja serta pemberian pengakuan terhadap prestasi yang telah dicapai. Setelah selesai proses pendampingan kemudian dilakukan penerapan oleh kepala ruangan di ruang rawat inapnya masing-masing. Hasil dari penerapan model LKPBC diketahui penurunan gejala burnout pada kelompok intervensi lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol.
Model LKPBC dapat digunakan sebagai standar dalam pengelolaan lingkungan kerja perawat di ruang rawat inap oleh kepala ruangan dalam rangka penurunan gejala burnout yang dialami oleh perawat, dimana masalah burnout merupakan permasalahan yang dialami oleh individu perawat tetapi dapat dikurangi resikonya melalui pendekatan organisasi yang dilakukan oleh kepala ruangan melalui pengelolaan lingkungan kerja perawat berbasis caring.