Pencarian
Tutup kotak pencarian ini.

Pengabdian Masyarakat

Guru Besar UI Prof. Nani Nurhaeni: Pemberdayaan Keluarga untuk Meningkatkan Status Kesehatan Anak

Diposting di:

19 December 2024

Depok, 18 Desember 2024. Universitas Indonesia (UI) mengukuhkan Prof. Dr. Nani Nurhaeni, S.Kp., M.N sebagai guru besar tetap dalam Bidang Ilmu Keperawatan Anak, Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) di Balai Sidang, Kampus UI Depok, pada Rabu (18/12). Pada pengukuhan yang dipimpin oleh Rektor UI Prof. Dr. Ir. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU., ini, Prof. Nani menyampaikan pidato pengukuhannya yang berjudul “Pendekatan Holistik Keperawatan Berfokus Asuhan Berpusat Keluarga untuk Meningkatkan Status Kesehatan Anak” dan menjadi guru besar ke-45 UI yang dikukuhkan pada 2024.

Mengawali pidatonya, Prof. Nani menjelaskan bagaimana kondisi masalah kesehatan anak Indonesia saat ini. Beberapa masalah yang teridentifikasi adalah pertama, masalah gizi terutama gizi buruk dan stunting masih tinggi, dengan sekitar 24% anak balita mengalami stunting. Kedua adalah masalah penyakit menular, yaitu diare, pneumonia, dan tuberkulosis masih menjadi penyebab kematian anak (WHO, 2022). Ketiga adalah masalah mental anak termasuk remaja yang perlu mendapat perhatian penting.

Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa setiap anak mempunyai hak untuk hidup sehat dan berkembang secara optimal. Anak yang sehat juga merupakan aset bagi generasi bangsa di masa depan. Sebagai salah satu tenaga profesional kesehatan, perawat anak perlu berkontribusi dalam upaya promosi kesehatan anak agar anak terpelihara dan terlindungi dari berbagai masalah kesehatan. Untuk itu ia mengatakan bahwa promosi kesehatan lebih berfokus pada pencegahan penyakit dan peningkatan status kesehatan secara keseluruhan. Edukasi kesehatan yang tepat dapat membantu anak- anak dan keluarga memahami pentingnya pola hidup sehat, termasuk nutrisi yang baik, aktivitas fisik, dan kebersihan perorangan. “Penting untuk menerapkan strategi asuhan yang berpusat pada keluarga atau family-centered care (FCC) guna mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal. Pendekatan ini menekankan peran aktif keluarga dalam proses perawatan dan pengasuhan, sehingga anak dapat tumbuh dalam lingkungan yang mendukung kesehatannya dan memperkuat ikatan emosional orangtua-anak,” kata Prof. Nani.

Ia menambahkan, pengasuhan yang baik bukan hanya berdampak pada kesejahteraan anak saat ini, tetapi juga merupakan investasi besar bagi sumber daya manusia Indonesia di masa depan. “Dengan mendukung tumbuh kembang anak secara holistik, kita berkontribusi pada pembentukan generasi yang sehat, cerdas, dan siap menghadapi tantangan di masa yang akan datang,” ujar Prof. Nani.

Pemberdayaan keluarga sebagai inti pendekatan FCC menekankan pentingnya keterlibatan keluarga dalam perawatan kesehatan anak. Keluarga dapat berperan aktif dalam pengasuhan, perawatan, dan pengambilan keputusan terkait kesehatan anak, yang pada gilirannya dapat meningkatkan hasil kesehatan terbaik anak. Pemberdayaan keluarga tidak hanya dianggap sebagai subjek yang memiliki peran penting dalam proses pembangunan kesehatan anak, namun termasuk bagaimana menciptakan keluarga yang sejahtera, mandiri, dan mampu menghadapi tantangan yang ada di lingkungan keluarga.

Selain itu, Prof. Nani mengatakan bahwa salah satu fokus utama dalam promosi kesehatan anak adalah nutrisi, terutama dalam konteks 1000 hari pertama kehidupan. Periode ini dimulai dari konsepsi hingga anak berusia dua tahun dan merupakan fase kritis untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Nutrisi yang baik selama periode ini sangat penting untuk mencegah stunting, yaitu kondisi gagal tumbuh yang disebabkan oleh malnutrisi kronis. Adapun, promosi kesehatan dan tindakan preventif di tatanan pelayanan rumah sakit dapat dilakukan dengan tetap memprioritaskan dan mengedepankan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, sebagaimana diatur dalam UU No. 17 Tahun 2023 Pasal 1 Ayat 3. Dalam konteks ini, promosi kesehatan dan pencegahan penyakit serta komplikasi perawatan dapat dilaksanakan melalui berbagai tindakan yang terintegrasi dalam pelayanan kesehatan.

Keterlibatan dan pemberdayaan keluarga dalam perawatan anak diterapkan melalui pendekatan FCC. Dengan memberdayakan keluarga dalam perencanaan dan pendampingan selama proses asuhan keperawatan, serta memberikan informasi yang jelas mengenai kondisi anak melalui komunikasi terapeutik, tujuan asuhan dapat dicapai secara optimal. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan kualitas perawatan, tetapi juga memastikan kepuasan keluarga terwujud, karena mereka merasa lebih terlibat dan diperhatikan dalam proses perawatan anak mereka. Dengan demikian, integrasi antara promosi kesehatan dan keterlibatan keluarga menjadi kunci dalam meningkatkan hasil perawatan di rumah sakit.

“Mari kita bersama-sama berkomitmen untuk meningkatkan kesehatan anak-anak di Indonesia, agar mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, menjadi generasi yang sehat dan produktif. Peran tenaga kesehatan termasuk perawat anak perlu diaktifkan memenuhi Transformasi Pilar Kesehatan, sehingga angka kesakitan maupun kematian anak dapat menurun,” kata Prof. Nani.


Ia juga menyampaikan, perawat anak tidak hanya berperan terbatas pada pemberi asuhan keperawatan, tetapi dapat mencakup upaya pencegahan dan promosi kesehatan yang berkelanjutan. Pemberdayaan keluarga dapat digunakan sebagai pendekatan holistik dalam menerapkan konsep FCC. Melalui pendekatan ini perawat anak dapat memastikan bahwa intervensi yang dilakukan dapat berkontribusi secara signifikan dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan anak, mencegah masalah kesehatan di masa depan, dan meningkatkan kesejahteraan jangka panjang bagi generasi mendatang.

Sebelum dikukuhkan menjadi guru besar, Prof. Nani menjalani pendidikan sarjana di FIK UI dan lulus pada 1992. Kemudian, ia menyelesaikan program magister di MUNSON Canada pada 2001. Lalu, ia kembali lagi ke FIK dan berhasil mendapatkan gelar Doktor Ilmu Keperawatan pada 2014. Turut hadir pada prosesi pengukuhannya tersebut, Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Dr. Harif Fadhillah, S.Kp., S.H., M.Kep., M.H.; Direktur Utama Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) Dr. dr. Astuti Giantini, Sp. PK (K), MPH.; dan Direktur Pengawasan, Pemeriksaan, dan Hubungan Antar Lembaga BPJS Kesehatan Dr. Mundiharno, M.Si.

Bagikan artikel ini:

id_ID