Pencarian
Tutup kotak pencarian ini.

Pengabdian Masyarakat

Ubah Limbah Plastik Menjadi Peluang Emas: Mahasiswa UI Berikan Solusi Kreatif Melalui Ecobrick

Diposting di:

28 August 2024

Universitas Indonesia kembali menegaskan komitmennya terhadap keberlanjutan lingkungan melalui inisiatif yang inovatif dan penuh dampak. Mahasiswa dari Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UI menggagas sebuah program yang memberikan solusi konkret terhadap permasalahan limbah plastik di Desa Sukarame, Banten. Program yang bertajuk “EPIK 2024: Edukasi Pembuatan Ecobrick” ini telah menarik perhatian masyarakat luas dan menawarkan perspektif baru dalam pemberdayaan komunitas melalui pendekatan yang kreatif.

Desa Sukarame, yang terkenal sebagai destinasi wisata dengan keindahan alam yang memukau, belakangan ini dihadapkan pada tantangan lingkungan yang cukup serius, yakni peningkatan jumlah limbah plastik. Seiring dengan bertambahnya pengunjung yang datang, volume limbah plastik pun semakin menumpuk, mengancam kelestarian lingkungan dan kesehatan masyarakat setempat. Namun, hadirnya mahasiswa UI dengan ide inovatif Ecobrick menjadi angin segar yang membawa harapan baru bagi desa ini.

Ecobrick bukan sekadar solusi biasa; ia adalah metode revolusioner yang mengubah sampah plastik menjadi sumber daya yang berharga. Secara sederhana, Ecobrick adalah botol plastik bekas yang diisi padat dengan berbagai jenis limbah plastik hingga mencapai tingkat kepadatan tertentu. Botol-botol ini kemudian dapat digunakan sebagai bahan bangunan yang kuat, serbaguna, dan ramah lingkungan. Dengan Ecobrick, sampah plastik yang biasanya hanya menjadi beban lingkungan, kini bisa diubah menjadi produk bernilai ekonomi tinggi seperti kursi, meja, hingga struktur bangunan sederhana.

Proses pembuatan Ecobrick tidak memerlukan peralatan atau keterampilan khusus, sehingga sangat mudah diterapkan oleh siapa saja. Alat yang dibutuhkan hanyalah botol plastik bekas, sampah plastik bersih yang telah digunting kecil-kecil, dan kayu penekan untuk memadatkan sampah dalam botol. Standar yang digunakan dalam pembuatan Ecobrick adalah dengan memastikan bahwa botol terisi penuh dan padat, dengan berat minimum mencapai sepertiga dari volume botol. Sebagai contoh, untuk botol berukuran 600 ml, berat Ecobrick yang dihasilkan harus mencapai 200 gram.

Keunggulan lain dari Ecobrick adalah fleksibilitasnya. Produk-produk yang dihasilkan dari Ecobrick dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kreativitas masyarakat setempat. Di Desa Sukarame, misalnya, Ecobrick direncanakan akan dirangkai menjadi meja dan kursi yang dapat digunakan oleh masyarakat atau bahkan dijual sebagai produk bernilai tambah. Dengan demikian, Ecobrick tidak hanya berperan sebagai solusi pengelolaan limbah, tetapi juga sebagai sumber pendapatan baru bagi warga desa.

Mahasiswa UI berinisiatid untuk mengedukasi serta memberdayakan masyarakat untuk mengolah limbah menjadi Ecobrick. Inisiatif ini dimotori oleh delapan mahasiswa dari FIK dan FMIPA UI yang memiliki visi untuk menciptakan perubahan positif dalam masyarakat. Di bawah bimbingan Ns. Suryane Sulistiana Susanti, M.A., Ph.D., para mahasiswa ini merancang program edukasi yang tidak hanya sekadar mengajarkan cara pembuatan Ecobrick, tetapi juga menanamkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah plastik secara berkelanjutan.

 

Kegiatan yang berlangsung di Desa Sukarame ini disambut dengan antusias oleh warga desa. Mereka tidak hanya diajak untuk memahami konsep dan manfaat Ecobrick, tetapi juga dilibatkan secara langsung dalam proses pembuatannya. Dalam waktu singkat, warga desa mulai melihat sendiri bagaimana limbah plastik yang selama ini dianggap tidak berguna, bisa diubah menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bernilai ekonomi.

Plh. Dekan FIK UI, Dessie Wanda, S.Kp., M.N., Ph.D., turut memberikan apresiasi yang tinggi terhadap program ini. “Kami sangat bangga melihat antusiasme masyarakat Sukarame. Program ini tidak hanya memberikan solusi praktis terhadap masalah limbah, tetapi juga membuka mata masyarakat bahwa sampah plastik bisa diubah menjadi sesuatu yang bernilai. Ini adalah contoh nyata bagaimana pendidikan bisa memberdayakan dan membawa perubahan positif dalam masyarakat,” ujarnya.

Melihat potensi besar yang dimiliki Ecobrick, berbagai pihak di Desa Sukarame, termasuk pemerintah desa dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), telah menyatakan dukungannya untuk melanjutkan inisiatif ini. Salah satu rencana jangka panjang yang tengah digagas adalah pembentukan kelompok bank sampah desa yang akan berfokus pada pengumpulan dan pengolahan limbah plastik menjadi Ecobrick. Kelompok ini nantinya diharapkan dapat bekerja sama dengan pemerintah setempat dan provinsi dalam mengembangkan program pengelolaan limbah yang lebih terstruktur dan berkelanjutan.

Bapak Hasan Basri, Direktur Eksekutif BUMDes Selat Sunda Sukarame, mengungkapkan optimismenya terhadap masa depan program ini. “Dengan adanya program ini, kami optimis Desa Sukarame bisa menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam mengelola limbah plastik

dengan cara yang kreatif dan berkelanjutan. Ecobrick membuka peluang besar bagi masyarakat untuk tidak hanya menjaga kebersihan lingkungan, tetapi juga menciptakan nilai ekonomi dari sesuatu yang sebelumnya dianggap sampah,” katanya.

Keberlanjutan program Ecobrick tidak hanya menjadi harapan bagi warga Desa Sukarame, tetapi juga menjadi model bagi desa-desa lain yang menghadapi masalah serupa. Dengan dukungan berkelanjutan dari akademisi, pemerintah, dan masyarakat, Desa Sukarame dapat memanfaatkan Ecobrick sebagai alat pemberdayaan sosial dan ekonomi yang efektif.

Sebagai bagian dari upaya untuk mengembangkan potensi ini, pihak universitas bersama BUMDes berencana untuk mengadakan pelatihan lebih lanjut serta lokakarya yang melibatkan lebih banyak komunitas di sekitar Sukarame. Program pelatihan ini bertujuan untuk memperluas pengetahuan tentang Ecobrick dan mengintegrasikan teknik ini ke dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk dalam pembangunan infrastruktur desa.

Tidak hanya itu, rencana pemasaran produk-produk berbasis Ecobrick juga tengah dipersiapkan, dengan harapan produk-produk ini dapat menarik minat pasar yang lebih luas. Langkah ini akan memberikan dampak ekonomi yang nyata bagi masyarakat, sekaligus meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah plastik di tingkat lokal maupun nasional.

Program “EPIK 2024: Edukasi Pembuatan Ecobrick” telah menjadi bukti bahwa solusi sederhana seperti Ecobrick bisa memberikan dampak yang luar biasa. Dengan mengubah limbah plastik menjadi bahan yang berguna, masyarakat Desa Sukarame tidak hanya berhasil menjaga kebersihan lingkungan, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup mereka melalui kreativitas dan kerja sama.

Dalam jangka panjang, program ini diharapkan dapat memperkuat kesadaran akan pentingnya lingkungan yang bersih dan sehat serta memberdayakan masyarakat untuk mengambil peran aktif dalam pelestarian alam. Ecobrick adalah contoh nyata bagaimana pendekatan kreatif dalam pengelolaan limbah dapat membawa perubahan positif yang berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakat.

Dengan komitmen yang kuat dari semua pihak, Desa Sukarame bisa menjadi perintis dalam gerakan pengelolaan limbah plastik yang inovatif, menjadikan limbah bukan lagi sebagai masalah, tetapi sebagai peluang untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.

Bagikan artikel ini:

id_ID