Pencarian
Tutup kotak pencarian ini.

Pengabdian Masyarakat

Jalin Kerjasama dengan Australia, FIK UI Tingkatkan Keterserapan Profesi Perawat Dikancah Global

Diposting di:

26 January 2024

Saat ini, banyak dari negara lain yang memerlukan tenaga kesehatan yang berasal dari Indonesia. Menjawab tantangan tersebut, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia telah menjalin kerja sama dengan beberapa pihak dari luar negeri. Selain menjadi solusi untuk kebutuhan tenaga kesehatan di luar negeri, penempatan tenaga kesehatan ini dianggap sebagai strategi untuk optimalisasi pemanfaatan Sumber Daya Manusia (SDM) di sektor kesehatan.

Dilansir dari data yang dikeluarkan oleh Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia (KTKI) pada tahun 2020, tercatat ada 633.025 perawat yang aktif dengan Surat Tanda Registrasi (STR), dan jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 696.217 orang secara kumulatif pada tahun 2025. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, terdapat 1,26 juta tenaga kesehatan di Indonesia per 4 Januari 2023. Dari jumlah itu, perawat menjadi tenaga kesehatan yang paling banyak, yakni 524.508 orang. Walaupun terdapat surplus tenaga perawat, penting untuk mengimbangi hal tersebut dengan peningkatan pemanfaatan sumber daya kesehatan. Sehingga, kerja sama terkait penempatan perawat Indonesia dengan beberapa negara sudah mulai dijalani, sebagai langkah konkret dalam memaksimalkan penyerapan tenaga kesehatan yang ada.

Sebagai kiblat pendidikan keperawatan di Indonesia, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) turut membuka peluang baru bagi perawat Indonesia melalui Perjanjian Kerjasama Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA), Australia Indonesia Centre (AIC) Monash serta Universitas Gadjah Mada (UGM) yang didukung oleh Katalis. Kerjasama ini memberikan kesempatan akan adanya kolaborasi yang memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat kedua negara, dalam meningkatkan keterampilan perawat Indonesia dan memanfaatkan peluang kerja antarnegara.

Kerja Sama ini di pimpin oleh Dr. Eugene Sebastian dari pihak AIC Monash, Prof. Achir Yani S. Hamid dari pihak FIK UI, serta Dr. Andreasta Meliala dari pihak UGM. Selain itu, terdapat tujuh anggota yang turut serta mengembangkan program ini, diantaranya, Prof. Evi Fitriani, Dr. Herni Susanti, Ns. Mega Hasanul Huda, Sp.Kep.An., MARS., Ph.D., Dr. Yudi A. Chandra, Ns. Giur Hargiana, Sp.Kep.J., Ariani Arista Putri, RN., MAN., DNP., dan Dr. Srimurni Rarasati, MPH.

Kebutuhan perawat berkualifikasi di Australia saat ini sedang meningkat pesat bahkan melebihi ketersediaan tanaga kerja lokal. Bersamaan dengan hal tersebut, Kementerian Kesehatan RI mengestimasikan dalam rentang tahun 2011-2025, Indonesia akan menghasilkan 46.865 lulusan dari institusi pendidikan keperawatan setiap tahunnya. Sementara itu, kebutuhan nasional per tahunnya mencapai 24.825 orang. Namun, kelebihan produksi perawat sebesar 11.067 hingga 22.060 per tahun dapat mengakibatkan peningkatan tenaga kerja perawat dan keterbatasan keterserapan tenaga kerja.

Namun, target Indonesia untuk menjadi pusat wisata medis global bergantung pada akses terhadap keterampilan spesialis keperawatan, yang masih sangat terbatas di Indonesia. Berbeda dengan Australia yang sudah mapan. Tentunya, melalui kolaborasi antara FIK UI, AIC dengan Katalis ini akan mengeksplorasi isu-isu tersebut dan mengidentifikasi berbagai cara terbaik bagi kedua negara untuk meningkatkan keterampilan keperawatan dan meningkatkan mobilitas sesuai Perjanjian Kerjasama Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA).

“Peluang bagi perawat Australia dan Indonesia, serta sektor layanan kesehatan, sangatlah besar jika landasan yang tepat tersedia untuk mendukung mobilitas dan memperkuat kemitraan. Kami sangat senang bekerja sama dengan Australia Indonesia Centre dalam upaya menyelaraskan standar profesional kesehatan dan akses terhadap layanan kesehatan di kedua negara, dengan dukungan penuh dari pemerintah Indonesia dan Australia,” jelas Direktur Katalis, Paul Bartlett dalam keterangannya, Senin (15/1/2024).

Selama enam bulan ke depan, Katalis dan AIC akan mengkaji kesenjangan dan kebutuhan pasar, kesetaraan kualifikasi keperawatan di masing-masing negara, serta mengembangkan diskusi antar organisasi jasa profesional. Semuanya akan tertuang dalam bentuk informasi dan analisis untuk mendukung penyelarasan yang lebih erat dalam pendidikan keperawatan antara Australia dan Indonesia, serta memberikan masukan bagi pengakuan timbal balik standar dan praktik keperawatan. Dia menuturkan jika aktivitas ini merupakan wujud komitmen untuk mendekatkan Australia dan Indonesia guna berbagi manfaat kerjasama yang saling menguntungkan. Dengan memanfaatkan jaringan pakar kesehatan dan keperawatan serta jaringan industri di kedua negara.

“Kami akan mengidentifikasi cara untuk mengatasi kesenjangan tenaga kerja dan menciptakan peluang bagi individu-individu yang dapat menciptakan sistem kesehatan yang lebih baik untuk semua”, kata Dr Eugene Sebastian, Direktur Eksekutif, Australia-Indonesia Centre.

Sebelumnya, pada bulan Maret 2023, Katalis menerbitkan laporan khusus terkait penilaian komparatif standar keperawatan di Indonesia dan Australia. Aktivitas terbaru ini diharapkan akan menambah pencapaian Katalis yang sudah terwujud di sektor lain, yang diantaranya berupa Perjanjian Pengakuan Timbal Balik (Mutual Recognition Agreement) antara para insinyur profesional Indonesia dan Australia, yang ditandatangani pada Juli 2023 dan telah menciptakan peluang baru bagi para insinyur Indonesia.

Sejalan dengan visinya, FIK UI menjadi pusat pengembangan IPTEK keperawatan yang adaptif, peka budaya, dan berdaya saing untuk berkontribusi bagi pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia dan dunia pada tahun 2035, mengharapkan adanya pengembangan tenaga perawat Indonesia melalui kerja sama internasional. Tidak hanya pengadaan student exchange, FIK UI juga memberikan kesempatan konkret melalui pendayagunaan lulusan perawat ke luar negeri yang akan mampu meningkatkan profesionalisme dan berdaya saing global.

Besar harapan, melalui Perjanjian Kerjasama Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA), dapat meningkatkan keterserapan perawat di Indonesia, termasuk akses lebih besar terhadap pelatihan dan pengembangan keterampilan. Program pertukaran antara tenaga perawat kedua negara juga akan memungkinkan berbagi pengalaman dan praktik terbaik di bidang keperawatan. Kolaborasi ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan standar keperawatan di kedua negara tetapi juga untuk memastikan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Selain itu, tenaga perawat Indonesia akan mendapat peluang untuk pengembangan karir internasional melalui partisipasi dalam program pertukaran di Australia.

Bagikan artikel ini:

id_ID