Search
Close this search box.

TAHUN 2020 merupakan tahun yang istimewa bagi perawat karena Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) menetapkan tema Hari Kesehatan Dunia tahun ini sebagai ”the year of nurses and midwives”. Hal itu untuk mengapresiasi perawat dan bidan yang merupakan dua pertiga tenaga kesehatan yang telah berkontribusi bagi pembangunan kesehatan untuk masyarakat dunia.

Secara khusus WHO menekankan pentingnya risiko dunia kekurangan 4,6 juta perawat pada 2030 jika tidak ada intervensi khusus untuk menginvestasikan pengembangan tenaga kesehatan ini. Tentu, saat memprediksi angka kekurangan perawat tersebut, WHO belum memperhitungkan keadaan pandemi Covid-19 di mana banyak perawat gugur dan sakit terinfeksi virus mematikan itu.

WHO menyoroti pentingnya advokasi pemerintah di dunia untuk memperkuat tenaga keperawatan sebagai bagian yang esensial dalam menghadapi masalah kesehatan seperti munculnya penyakit infeksi, masalah akibat perubahan iklim, populasi yang menua, serta beban penyakit tidak menular. Tema dukungan terhadap perawat dan bidan juga didasarkan pada genap 200 tahun Florence Nightingale, sang pendiri profesi tersebut, lahir pada tanggal 12 Mei dan diperingati sebagai Hari Perawat Sedunia.

Dukungan WHO terhadap perawat tahun ini sangat relevan, terlebih saat ini mereka menjadi salah satu tenaga kesehatan yang berperan penting dalam penanganan pandemi Covid-19. Ratusan perawat dinyatakan positif tertular dan puluhan di antaranya telah gugur sesudah merawat pasien. Tanpa mengecilkan peran tenaga kesehatan lain dalam menangani Covid-19, perawat merupakan pemberi pelayanan yang paling berisiko tertular. Di tatanan layanan primer, perawat merupakan 49 persen tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan langsung, yang memberikan edukasi kepada masyarakat bersama kader kesehatan.

Pada pelayanan di rumah sakit, perawat merupakan tenaga kesehatan yang sering kali langsung berkontak dengan pasien di unit gawat darurat melakukan pemeriksaan awal dan triase. Di ruang perawatan dan ICU, pun perawat yang paling intensif berada dekat dengan pasien melakukan observasi dengan ketat dan mendokumentasikannya. Tak ayal, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson sangat mengingat dan secara khusus menyebutkan nama-nama perawat karena sangat intensif berinteraksi selama dirinya menjalani perawatan Covid-19.

Peran saat Pandemi

Sebagai tenaga medis terbanyak, perawat mempunyai peran yang penting dalam menghadapi bencana dan wabah. Sebelum bencana, perawat melakukan pengkajian kebutuhan komunitas, memastikan masyarakat siap menghadapi bencana lewat berbagai edukasi di pelayanan kesehatan primer. Hal itu banyak dilakukan perawat di daerah rawan bencana. Pada fase akut atau saat bencana dan wabah, perawat memberikan perawatan fisik dan mental bagi korban.

Itulah saat yang terberat bagi mereka karena tidak jarang perawat dan keluarga juga menjadi korban, tetapi harus tetap memberikan pelayanan karena tuntutan tugas dan profesi. Perawat juga berperan penting pada fase pemulihan, di antaranya adalah mengembalikan fungsi pelayanan kesehatan sehingga dapat digunakan lagi oleh masyarakat.

Pendorong Jiwa Penolong

Motivasi perawat dalam menjalani pekerjaan berisiko ini menarik untuk dibahas. Totalitas perawat dalam menjalankan tugas berisiko di tengah wabah dan bencana didorong kekuatan sifat caring yang ditanamkan kepada mereka sejak menempuh pendidikan. Caring merupakan filosofi sentral yang menjadikan perawat penuh perhatian dan hadir sepenuhnya (fisik, hati, dan pikiran) dalam berinteraksi dengan pasien sehingga asuhan keperawatan dapat dilakukan lebih efektif dan berkelanjutan.

Caring memberikan energi untuk perawat dan meningkatkan kapabilitas mereka dalam menjalankan tugas. Beberapa contoh sifat caring perawat ditunjukkan pada keadaan wabah Covid-19 di Indonesia ini. Mereka rela bekerja dengan alat pelindung diri (APD) yang tidak nyaman demi memastikan pasiennya selamat dan tidak membawa virus ke luar lingkungan rumah sakit. Mereka juga rela berpisah dengan keluarga demi menjalankan tugas karena bertanggung jawab atas keselamatan pasien dan lingkungannya.

Dukungan moral juga ditunjukkan masyarakat kampus untuk menjadi relawan mendukung rekan sejawat perawat di berbagai pelayanan kesehatan. Mengalibrasi sifat caring pada perawat yang memberikan pelayanan di lapangan menjadi sangat penting dalam upaya pemulihan keadaan saat wabah seperti ini.

Paradoks pada Tahun Perawat

Di tengah banyaknya negara dan masyarakat dunia mengapresiasi kontribusi perawat dalam menangani wabah, tantangan yang berat justru dihadapi perawat di tanah air. Belum selesai dengan permasalahan kurang tersedianya APD yang cukup dan memadai, permasalahan lain terkait stigmatisasi perawat muncul dan menjadi perhatian publik.

Survei yang dilakukan peneliti Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (UI) pada April 2020 terhadap lebih dari 2.000 perawat menunjukkan setidaknya 135 perawat pernah diusir dari tempat tinggalnya. Bahkan, ditemukan kasus, petugas kebersihan tidak mau mengambil sampah dari rumah perawat yang sedang dirawat karena penyakit ini. Puncaknya, masyarakat menolak jenazah perawat yang meninggal karena Covid-19.

Fenomena tersebut sungguh menjadi paradoks di tengah semangat para perawat menolong sesama dengan jiwa caring-nya. Penghargaan pemerintah pusat dan daerah yang memberikan insentif khusus untuk tenaga kesehatan, memberikan tempat tinggal yang nyaman selama bertugas, serta menyiapkan taman makam pahlawan tentunya patut diapresiasi. Namun, pemerintah mempunyai pekerjaan rumah besar untuk memastikan perawat dapat bekerja dengan tenang dengan APD yang cukup dan tanpa stigma negatif masyarakat.

Fenomena itu tentu tidak boleh menurunkan semangat altruisme dan jiwa juang perawat dalam menolong sesama. Perawat harus tetap teguh memegang janji dan sumpah profesinya. Hal tersebut setidaknya sudah ditunjukkan almarhumah Ninuk, perawat RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta yang gugur dan sempat berujar, ”Saya hidup dan mati untuk orang yang saya sayangi, termasuk untuk profesi.” Semangat kepahlawanan Ninuk merupakan cermin dari sifat caring yang harus terpatri dalam jiwa perawat di tanah air.

Selamat Hari Perawat Sedunia, tetaplah tulus berjuang.

 

sumber : https://www.jawapos.com/opini/12/05/2020/wahai-perawat-tetaplah-tulus-berjuang/