Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber gizi terbaik dan sudah terbukti manfaatnya secara klinis dalam menyelamatkan kehidupan. Tidak hanya melindungi anak dari berbagai macam penyakit, ASI juga memperlihatkan hasil tes kecerdasan yang lebih baik serta mengurangi risiko obestitas pada anak. Pemberian ASI juga akan mewujudkan pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang baik di masa depan.
Pekan ASI sedunia yang dilaksanakan setiap tanggal 1-7 Agustus, tahun 2022 mengangkat tema “Step Up for Breastfeeding : Educate and Support”, mengingat pentingnya pengetahuan serta dukungan dalam keberhasilan pemberian ASI.
ASI diberikan secara eksklusif selama enam bulan pertama semenjak hari pertama lahir bayi, dan dilanjutkan dengan didampingi oleh Makanan Pendamping ASI (MPASI) sampai menginjak usia 2 tahun. Keberhasilan ASI eksklusif enam bulan dapat diwujudkan dengan motivasi kuat, pengetahuan ibu dan keluarga tentang menyusui, usaha yang terus menerus, serta dukungan dari orang-orang terdekat dan tenaga kesehatan. Menurut dosen spesialis keperawatan anak FIKUI sekaligus Ketua Bidang Penelitian Yayasan Sentra Laktasi Indonesia, Fajar Tri Waluyanti, Ns, Sp.Kep.An, IBCLC, rekomendasi pemberian ASI dengan cara terbaik yaitu dengan menyusui langsung. Karena tubuh memproduksi ASI sesuai dengan kebutuhan bayi. Saat bayi sedang terpapar dengan lingkungan infeksius seperti anggota keluarga yang sedang batuk dan dekat dengan bayi, maka ASI yang diproduksi ibu akan banyak mengandung zat anti infeksif. ASI akan tampak encer karena mengandung banyak protein.
“Menyusui secara langsung merupakan media terbaik pemberian ASI kepada bayi. Bayi akan mendapatkan ASI sesuai kebutuhan, selain itu menyusui langsung dapat meningkatkan bonding hubungan ibu dan bayi. Menyusui langsung juga membantu mengurangi risiko kanker payudara, kanker ovarium, serta mengembalikan rahim ke ukuran semula” tutur Fajar.
Dukungan dan semangat terhadap ibu menyusui untuk memberikan ASI ekskulif harus terus digalakkan terutama saat pandemi COVID-19. Dilansir dari halaman kemenkes.go.id telah terbukti secara ilmiah pada ibu yang terkonfirmasi positif ternyata di dalam ASI nya, mengalir antibodi Imunoglobulin A dan G, mengalir pula Lactalbumin, Lactoferin dll yang secara spesifik merupakan benteng perlawanan terhadap SARS-CoV-2. Sedangkan pada ibu yang telah vaksinasi COVID-19 ditemukan kadar antibodi slgA spesifik SARS-CoV-2 dalam ASI meningkat pesat dalam waktu 14 hari pasca vaksinasi dosis pertama, semakin kuat setelah minggu ke-4 dan terukur lebih tinggi pada minggu ke-5 dan ke-6.
“Menyusui harus terus dilakukan dan tidak boleh terputus. Jika Ibu mengalami gejala ataupun terkonfirmasi covid-19, Ibu tetap dapat memberikan ASI dengan mengikuti protokol pencegahan COVID-19. Namun jika kondisinya tidak memungkinkan, Ibu dapat memberikan ASI perah. Dukungan keluarga dan tenaga kesehatan sangat dibutuhkan” pesan Fajar.
Selain edukasi, dukungan merupakan hal yang sangat dibutuhkan bagi Ibu untuk meningkatkan kepercayaan diri ibu dalam memberikan ASI.
“Suasana hati dan kebatinan Ibu harus diperhatikan betul, karena gangguan psikis dapat mempengaruhi produksi ASI dengan signifikan.” tutup Fajar
