Eko Winarto mempertahankan disertasinya yang berjudul
Konstruksi Instrumen Kenyamanan Spiritual pada Pasien HIV Positif di Beberapa Rumah Sakit Jawa Tengah
Depok – Jumat, 18 Januari 2019, Program Doktor Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia kembali melaksanakan ujian terbuka promosi doktor, pada kesempatan ini Eko Winarto bertanggungjawab mempertahankan disertasinya yang berjudul Konstruksi Instrumen Kenyamanan Spiritual pada Pasien HIV Positif di Beberapa Rumah Sakit Jawa Tengah. Eko Winarto berhasil mempertahankan disertasinya dan resmi menyandang gelar doktor yang 69 di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Penyebaran infeksi Human Immuno defisiensi Virus (HIV) terus meningkat. Data World Health Organization (WHO) sampai dengan Juli 2013 ditemukan jumlah penderita HIV diseluruh dunia sebanyak 35 juta orang, dengan penemuan kasus baru 2,1 juta dan penderita yang meninggal akibat kasus HIV/AIDS sebanyak 1,5 juta orang (WHO, 2014). Jumlah kumulatif penderita HIV di Indonesia dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2017 yaitu sebanyak 280.623 penderita, dengan 102.667 penderita memasuki katagori Acquired Immuno defisiensi Syndrome (AIDS) dengan kematian penderita HIV/AIDS atau Case Fatality Ratio (CFR) naik dari 1,07 ditahun 2015 menjadi 1,08 ditahun 2017. Meningkatnya angka CFR pada pasien HIV positif diantaranya akibat masih tingginya angka putus obat. Angka kejadian kasus HIV/AIDS di Provinsi Jawa Tengah pada periode waktu yang sama ditemukan sebanyak 22.292 penderita. Jumlah penderita tersebut menempati posisi tertinggi keempat lingkup nasional setelah Provinsi Jawa Barat. Jumlah penderita HIV yang memasuki stadium AIDS sebanyak 8.170 orang setara dengan jumlah penderita tertinggi keempat pada lingkup nasional setelah Provinsi DKI Jakarta.
Tinggingya angka Lost follow up (LFU) pada pasien HIV yang menjalani terapi dan perawatan di klinik VCT terus mendapatkan perhatian serius. Ketidakpatuhan terhadap terapi menjadi penyebab mayor tidak tercapainya tujuan terapi ARV yaitu supresi viral load. Dampak tidak tersupresinya viral load mengakibatkan terjadinya resistensi obat, meningkatnya mortalitas dan morbiditas, meningkatnya risiko penularan person to person. Individu yang tidak patuh terhadap terapi ARV memerlukan upaya perubahan perilaku kepatuhan. Perubahan perilaku kepatuhan terhadap terapi ARV merupakan upaya life saving. Faktor kondisi kesehatan mental pasien HIV positif dapat berdampak pada kepatuhan terapi ARV. Pasien dengan HIV positif mengalami kondisi depresi lebih tinggi hampir pada semua populasi dibandingkan kasus penyakit lain. Penyebab peningkatan depresi dan ketidakpatuhan terhadap terapi ARV adalah ketidaknyamanan pasien.
Infeksi HIV dan pemberian terapi ARV sendiri menyebabkan penurunan kenyamanan jangka panjang dan stres pada sistem tubuh. Teori keperawatan stres adaptasi yang disampaikan oleh Sister Calista Roy dalam Roy Adaptation Model menyebutkan repon tubuh terhadap stres dapat mempengaruhi sistem regulator dan sistem kognator. Kenyamanan pasien HIV positif dalam perspektif ilmu keperawatan disintesiskan dari Comfort Theory Kolcaba dapat melingkupi dimensi kenyamanan fisik, psikospiritual, sosial dan lingkungan.
Dimensi psikospiritual memegang peranan dominan dalam kenyamanan dilihat dari esensi kenyamanan yang menekankan pada penarikan makna dan arti dari pengalaman sebelumnya dalam hidup. Dimensi psikospiritual mengerucut dalam konteks nilai dan keyakinan yang direfleksikan dalam arti dan tujuan hidup, identik dengan definisi dari spiritualitas. Kenyamanan spiritual pada pasien HIV positif akan meningkatkan kondisi kesadaran dan peningkatan status emosional yang berdampak pada mediasi phsychochemical, yang pada akhirnya memicu jalur neuro-imunomodulasi. Peran sentral kenyamanan spiritual pada pasien HIV positif meningkatkan kesadaran pentingnya alat ukur untuk pengkajian kenyamanan spiritual.
Penelitian ini menghasilkan alat ukur kenyamanan spiritual pasien HIV positif yang terdiri dari tiga faktor yang membentuknya yaitu faktor intrapersonal, interpersonal dan transpersonal. Instrumen kenyamanan spiritual terdiri dari 12 variabel observasi yang mewakili 3 faktor yaitu faktor intrapersonal terdiri dari 6 variabel observasi (makna hidup dan keyakinan). Faktor interpersonal terdiri dari 4 variabel observasi (keselarasan hubungan dan kedamaian). Faktor transpersonal terdiri dari 2 variabel observasi (kedekatan dengan Tuhan dan syukur pada Tuhan). Hasil uji validitas reliabilitas instrumen kenyamanan spiritual pasien HIV positif 12 item observasi dinyatakan valid dan reliabil untuk digunakan.
Penelitian ini juga menghasilkan perbandingan menggunakan pengukuran subsitem regulator tekanan darah dan perubahan denyut jantung untuk mendeteksi kenyamanan spiritual pasien HIV positif. Tekanan darah sistolik mampu mendeteksi kenyamanan spiritual pada faktor intrapersonal dengan nilai sensitifitas 70,8%. Faktor interpersonal dengan spesifisitas 70,4% dan transpersonal dengan nilai spesifisitas 81,5%. perubahan denyut jantung mampu mendeteksi kenyamanan spiritual pada faktor intrapersonal sensitivitas 60%. Uji diagnostik pada faktor interpersonal spesifisitas 61,5% dan faktor transpersonal menunjukan nilai spesifisitas 80,8%.
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk pelayanan keperawatan, untuk membantu perawat memprediksi kenyamanan spiritual pasien melalui perubahan tekanan darah sistolik dan perubahan denyut jantung pasien sehingga intervensi keperawatan dapat dilakukan lebih cepat. Manfaat penelitian ini untuk pengembangan teori keperawatan diharapkan dapat memberi masukan untuk penyusunan paduan 2 teori keperawatan yang berbeda, yaitu teori kenyamanan dan teori stres adaptasi.
